Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melirik alasan berbaju baru di saat lebaran.

Melirik alasan berbaju baru di saat lebaran.

Beli baju baru menjelang lebaran. Kira-kira kebutuhan atau cuma budaya ya?

Sebenarnya apa sih alasan yang tepat untuk tujuan beli baju menjelang lebaran itu?

Pertanyaan ini pernah juga dilontarkan anak saya yang saat itu masih bingung, kenapa menjelang lebaran selalu diajak buat beli baju baru.

Awalnya sih dia senang-senang aja karena diajakin ke mall. Apalagi kalau diiming-imingi bisa main di playland.

Tapi ternyataaa...diajak muter-muter dan naik turun lantai buat hunting-hunting baju. Beteee lah dia...

Yaaa namanya anak-anak, pasti bosan cuma disuruh berdiri diam, gak kemana-mana. Sambil liatin ibunya ngobrak-ngabrik baju di rak.

Ok. Pasti ada yang mengalami kayak cerita saya tadi ya?!

Naa...kembali ke pertanyaan tadi. Kira-kira apa donk jawabannya?

Kalau saya, mudah-mudahan jawaban pamungkas kita sama ya... Maklum, ini jawaban yang tampaknya sudah turun temurun diwariskan para orangtua.

Katanya siiiih.... Lebaran itu kan hari dalam merayakan kemenangan kita setelah sebulan penuh menahan hawa nafsu. Nah, karena kita sudah menang, maka kita kembali fitrah(suci). Sehingga di saat hari raya, gak hanya hati kita yang kembali baru(suci), tapi juga penampilan, baik itu pakaian.

Intinya siiiih, kita disuruh berpakaian yang baik dan bersih. Tapi maknanya sedikit “disempurnakan” oleh kita-kita(termasuk para orang tua terdahulu) dengan pakaian yang baru. Gitu kira-kira.

Tapi apakah menurut kamu jawaban itu benar dan tepat?

Saya yakin kamu pasti gak sepenuhnya setuju. Karena logikanya dimana, jika pakaian baik dan bersih itu mesti baju baru. Otak manapun akan menolak itu. Ya gak?

Saya akhirnya yakin ini sih konspirasi mental yang turun temurun telah menggeser hakikat dari idul Fitri. Dan tanpa kita sadari, kita pun terlibat didalamnya.

Tapi yaaah, gimana ya... Namanya juga pake baju baru itu menyenangkan sekali, ya gak sih?. Apalagi kalau dipake buat pergi bersilahturahmi. Pastinya akan terlihat sempurna dan menimbulkan percaya diri yang optimal saat bertemu khalayak ramai.

Dan tanpa kita sadari, sebenarnya pake baju baru disaat lebaran itu sudah benar-benar menggeser makna dan hikmah dari idul Fitri itu. Mental kita dibentuk menjadi manusia yang haus akan sanjungan, pamer, dan ria.

Rasa bangga menampilkan diri dengan casing yang berbeda dari hari-hari biasanya.

Gak hanya itu. Rumah pun mendapatkan treatment yang sama. Dipoles sana-sini. Dan lagi-lagi alasannya adalah menyempurnakan kemenangan tadi. Ditambah dengan memberikan alasan pamungkas lainnya, yaitu menghargai tamu yang datang untuk bersilaturahmi. Sehingga para tamu merasa nyaman berada di rumah.

Tapi, maaf. Kalau saya jujur. Jika ternyata sebenarnya rasa pamer, dan bangga diri itu juga tersirat dari penampilan rumah yang dipoles tadi.

Aaahhh... Kalau begini bisa-bisa merayakan lebaran jadi gak menarik lagi donk. Kalau semua hal tadi ternyata perbuatan keliru.

Yah, namanya juga manusia. Selalu ada motif dibalik tindak tanduknya. Gak heran kalau prepare hari raya sudah dimulai sedari awal Ramadhan. Bahkan pun menjelang Ramadhan. Haduuh kelirunya kebangetan.

Nah, gimana sekarang ya...

Kejadian pandemi COVID-19 seakan-akan penghalang manusia berbudaya. Gak bisa silahturahmi, artinya gak bisa menampilkan diri donk ya...

Tapi ternyata, walaupun ada larangan keluar rumah, belanja ke mall beli baju menjelang lebaran itu memang sudah mendarah daging. Sehingga dorongan hati buat belanja tetap gak bisa kebendung. Apalagi udah dapat THR ditangan. Haduh-haduh...naluri shopping seakan meledak.

Jadi...

Saya hanya menghimbau. Yuk, berpikir waras. Gak usah memperturutkan hawa nafsu. Katanya sudah menang melawan hawa nafsu, ya gak?

Tapi kok malah ambyar di ujung Ramadhan. Sebagai generasi pembaharu, saatnya kita kembalikan makna dan hakikat idul Fitri yang sebenarnya. Mumpung keadaan saat ini memaksa kita untuk di rumah aja. Pasti lebih mudah untuk me-restart kembali tujuan dalam berlebaran itu.

Berlebaran adalah merayakan kemenangan dengan melanjutkan kemenangan melawan hawa nafsu itu. Dan berpakaian baik dan bersih cukup dengan pakaian yang ada. Tidak harus baru.

Niatkan kembali silaturahmi berada pada koridor yang benar. Bukan sekedar pamer dan bangga diri. Dengan kembalinya pada makna yang benar, kita gak bakalan repot dan letih lagi dengan segala tetek bengek hari raya. Hidup akan terasa lebih tenang dan nyaman.

Bersilaturahmi dengan keluarga pun akan terasa hangat dan bersahaja. Menikmati bersama, cukup dengan apa yang ada.

Sikap kita yang baru dengan sedikit mengubah kebiasaan yang membudaya ini juga dapat memutus mata rantai kekeliruan kita selama ini. Semoga generasi berikutnya jauh lebih arif dalam merayakan hari kemenangan.

Selamat berpuasa. Mohon maaf jika ada kata yang tersirat menyakiti hati kamu sekalian dalam tulisan ini.

Bengkulu,

Mayang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih buk. Salam kenal

19 May
Balas

Bagus isinya

19 May
Balas

Terimakasih buk Harlis. Salam kenal ibu

19 May

Bagus tulisannya

19 May
Balas



search

New Post