Ketika Jalan Menjadi Harapan
Di malam itu, ketika gerimis belum berani beranjak pergi. Butir-butir hujan mulai jatuh serempak di sepanjang jalan kenangan. Sebuah takdir yang perlahan mengajak hati untuk menyebrangi jalan kesunyian. Takdir malam sarat akan keheningan dan sekelompok ancaman yang mulai berdatangan. Sapaan khusus dan senyuman tulus menjadi lampion malam yang pancaran sinarnya mencuri bersembunyi di celah-celah gerimis yang mengundang. Gelapnya malam yang penuh ancaman tak dihiraukan oleh anak-anak yang berjalan mencari sesuap makanan di tengah-tengah kehidupan hedonisme yang mencengkam.
Saya percaya bahwa mereka adalah anak-anak yang luar biasa, mereka adalah anak-anak yang istimewa, dan mereka punya harapan yang sama, yaitu menjadi orang-orang yang berguna. Anak-anak yang mungkin selama ini kurang dilirik oleh penglihatan kita, kalaupun dilirik mungkin dengan segera kita memicingkan mata. Dalam benak kita mungkin sudah tertanam konsep bahwa adanya jarak antara kita dan mereka wajib hukumnya, keaktifan mereka di jalan mengurangi nilai seni indahnya sebuah kota, bahkan mungkin mereka bak benalu yang mengusik pemandangan pengemudi di jalan raya.
Mereka yang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berkreasi di jalan-jalan kota seringkali mendapatkan stereotip yang berbeda. Sebenarnya hati kita sadar bahwa mereka tidak pernah memilih untuk menjadi anak yang hampir seluruh kehidupannya terekam di jalanan dan mereka juga tidak memilih untuk terlahir dari orangtua yang terkadang mereka sendiri tidak tahu dimana mereka. Tapi seringkali kita menghakimi mereka bahwa itu pilihan mereka. Benar. Hidup adalah pilihan. Tapi terkadang pilihan itu tidaklah jauh berbeda. Jika mereka memilih, saya yakin mereka akan memilih terlahir dari keluarga yang cukup berada dan merekapun akan memilih untuk berada di tempat yang lebih nyaman untuk mereka, tapi takdir mereka, jalan menjadi satu-satunya harapan bagi mereka.
Pernahkah kita membayangkan, betapa dinginnya angin malam tidak sebanding dengan tipisnya lapisan epidermis kulit mereka? Pernahkan kita membayangkan, panasnya terik mentari mau tidak mau harus menjadi penghangat badan alami setiap kali? Pernahkah kita membayangkan betapa kerasnya hidup di jalanan? Badan mereka dingin tapi mereka terus bertahan karena mereka sadar tidak akan ada pelukan hangat yang akan menyentuh tubuh mereka, mereka kepanasan, mereka terus bertahan karena mereka sadar tidak akan ada sejuknya kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Mereka harus selalu kuat karena mereka sadar tidak ada yang menopang hidup mereka dan mereka harus terus berjuang karena mereka hidup di tengah-tengah “manusia” yang tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk masa depan mereka. Terkadang, masih ada di antara kita yang kurang wibawa dalam menyapa mereka. Masih ada dari kita yang membentak mereka di jalan raya hanya karena perlajanan kita terhalang oleh kehadiran mereka. Terkadang, ada juga di antara kita yang memberikan sedikit uang tapi dengan cara yang sangat tidak sopan. Mereka memang butuh uang tapi bukankah kita lebih butuh keberkahan?
Berbagi tidak harus dengan banyak uang, tidak juga harus dengan ilmu yang mendalam. “CUKUP PUNYA NIAT IKHLAS DAN TANGAN YANG SELALU TERBUKA”. Dengan tersenyum kepada mereka itu sebuah hal yang istimewa apalagi kalau ada yang mengajak mereka untuk makan bersama di sebuah tempat makan itu sudah sangat membahagiakan mereka (tentu semua dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada). Mengajak mereka makan di tempat makan membuat mereka merasa diterima dan supaya orang-orang di sekitar mereka tidak alergi dengan kehadiran mereka.
Sebuah tulisan yang terinspirasi dari anak-anak yang menghabiskan hampir seluruh kehidupannya di pinggir-pinggir jalan, mau pulang tapi tidak tahu jalan pulang, mereka mendambakan sebuah keluarga tapi kenyataannya mereka hanyalah sebatang kara. Mereka yang harus berjuang mencari sesuap nasi di tengah-tengah pergolakan manusia-manusia yang selalu lapar akan harta Ibu Pertiwi.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar