Tradisi Mubazir Makanan di Kala Kondangan
Kondangan? Satu kata yang membuat telinga bergema, yang membuat beberapa orang bahagia karena banyak hal menarik di dalamnya, satu kata pula yang membuat orang lainnya galau tingkat dasar samudera karena bingung pakaian mana yang harus dikenakan pada saatnya tiba, apalagi kalau di cover undangan tertulis partner waah mulai deh yang jomblo biasanya gelisah resah memikirkan siapa yang akan disewa menjadi pendamping sementara, eh ada juga yang paling kelihatan pusing muter-muter yupps pemilik acara. Intinya beragam makna kondangan tergantung dari siapa saja yang terlibat dalam acara.
Baiklah kita tahu, salah satu hal yang wajib dalam sebuah acara, baik mulai dari acara yang katanya sederhana hingga mewah berkaca-kaca sampai melek seluruh dunia adalah makanan. Makanan yang menjadi perhatian utama selalu membuat tamu penasaran menu apa yang disajikan dan rasa yang ditawarkan apakah sesuai dengan selera atau bisa menjadi idola, bahkan terkadang ini menjadi alasan utama mengapa harus datang ke acara. Tapi sayangnya, seringkali kita, mungkin terutama saya menyaksikan seporsi makanan yang nampak bervariasi berkumpul di piring, mulai dari tetelan daging yang masih segar, sepotong daging rendang yang menggiurkan, butir-butir nasi yang kalau dikilokan cukup memberatkan timbangan, sop-sop buntut yang masih utuh, dan irisan wortel dan kentang yang menjadi pelengkap satu porsi makanan hingga gulungan tisu bak baso dari kejauhan berpadu menjadi sebuah kreasi makanan baru. Hatipun terkadang berbisik, seandainya itu masih layak dimakan ingin rasanya untuk membawanya pulang.
Teman, banyaknya makanan sisa para undangan adalah sebuah pemandangan umum yang biasa kita saksikan di hajatan-hajatan ketika kondangan. Seringkali kita melihat begitu banyak sisa-sisa makanan yang ditumpuk-tumpuk di atas piring dan siap untuk dibuang. Banyak orang yang dengan mudahnya meninggalkan makanan mereka tanpa ada rasa bertanggung jawab untuk menghabiskannya, ibarat peribahasa “habis manis sepah dibuang.” Maksudnya? Seringkali tiba-tiba kita kreatif mencari berbagai alasan untuk tidak menghabiskan makanan, mulai dari sudah kenyang, tastenya yang kurang sesuai dengan harapan, ada zat yang tidak diinginkan hingga minimnya waktu yang kita sediakan untuk makan.
Jika kita mau berpikir ulang, salahkah teman apabila kita tidak menghabiskan makanan ketika kita kondangan? Saya belum berani mengatakan ini salah karena kembali lagi, ini bukan untuk menghakimi tapi sekedar untuk direnungi mana yang seharusnya kita lakukan. Praktik mubazir makanan di kala kondangan seakan menjadi tradisi di lingkungan, entah disadari atau tidak tapi itulah fenomena yang seringkali mencuri pandang. Hal ini seringkali kita anggap sepele toh tidak ada yang dirugikan. Benarkah tidak ada yang dirugikan? Coba kita simak, sebuah cerita yang sangat memilukan hati ketika mendengar dari ujung negeri, banyak orang yang berjuang hanya untuk mencari sesuap nasi, hanya sesuap nasi sedangkan kita makanan dibuang tanpa berpikir lagi. Berita lain yang membuat hati ini menangis adalah ketika membaca berita dari bumi belahan utara tentang beribu-ribu balita yang mati kelaparan karena tidak tersedianya makanan untuk mereka. Kalau dihitung-hitung sudah berapa banyak makanan yang kita buang mungkin jika disedekahkan kita bisa menjadi jalan keselamatan bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dan sudah seharusnya selalu tingkatkan rasa syukur kita karena Tuhan telah melimpahkan nikmatNya, termasuk makanan yang selalu ada bahkan terhidang rapi di atas meja. Mudah-mudahan hati kita semakin peka merasakan penderitaan saudara-saudara kita di luar sana.
Selain itu, hal ini juga tidak sesuai dengan teladan Rasulullah SAW yang mengajarkan umatnya untuk mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya karena kita tidak pernah tahu di butir makanan mana yang mengandung berkahnya. Menyisakan makanan juga termasuk pemborosan sedangkan kita tahu boros itu bukanlah fitrahnya manusia, tapi temannya, iya sudah tahukan temannya siapa?. Mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.
Baiklah teman, ternyata inipun berdampak pada lingkungan. Tahukah kita? Ternyata makanan sisa yang kita buang dan membusuk di tanah dapat menciptakan gas metana yang menyumbang emisi gas rumah kaca sehingga berdampak pada kenaikan suhu bumi yang pada akhirnya berpengaruh kepada kehidupan kita sendiri. Wahh, berarti selama ini secara tidak sengaja, perilaku kita yang seringkali membuat kita merasa panas tiba-tiba.
Mungkin kita bukanlah aktivis lingkungan yang handal, tapi dengan menghabiskan makanan yang kita makan secara tidak langsung kita sudah turut andil dalam menjaga lingkungan. Yukk mulai sekarang kita ajak lingkungan kita untuk tidak menyisakan makanan, baik itu di kala kondangan, di rumah, maupun di berbagai tempat makan. Intinya, berjuang untuk selalu menghabiskan makanan, ya karena hidup adalah sebuah perjuangan. Mulai dari diri kita, dan ajak teman-teman untuk peduli dengan lingkungan.
Nah, mungkin beberapa poin berikut ini bisa menjadi tips agar kita bisa menghabiskan makanan yang kita makan, terutama di kala kondangan. Pertama, ambil makanan yang hanya kita inginkan dan perkirakan ukurannya agar kita kuat menghabiskannya (biasanya penglihatan kita lebih lapar dari ukuran lambung kita yang sebenarnya sehingga ini mau, itu mau, semua mau tapi kondisi lambung tidak setuju, ajarkan nafsu dan lambung agar selalu bekerja sama). Kedua, ketika kita mengambil makanan, kita harus siap dengan segala risiko termasuk rasa yang sesuai selera ataupun tidak sehingga tidak ada alasan menyisakan makanan karena makanan tidak sesuai dengan harapan (intinya kalau masih kuat sebelum muntah, lanjutkan). Ketiga, makanan apapun yang kita ambil menjadi tanggung jawab kita untuk menghabiskannya (atau bisa juga minta tolong partner sebelah untuk menghabiskan itupun kalau dia rela kalau dia juga sudah kenyang, jangan memaksa kasian itu kan bukan tanggung jawab dia, itu hanya menyiksa). Kalaupun sudah terlanjur harus bersisa, sebaiknya dibungkus mungkin dengan tisu dan sejenisnya untuk dibawa pulang agar dengan niat nanti dihabiskan. Tidak perlu malu karena ini adalah kewajiban kita untuk menghabiskannya. Takut dibilang pelit dan lain sebagainya? Santai saja dari pada jadi orang musuh lingkungan?
Tapi kalau kita pemilik hajatan alangkah baiknya, dipasang poster untuk mengingatkan para tamu undangan agar tidak menyisakan makanan, misalnya “ Silakan nikmati jamuan yang telah kami sediakan, boleh nambah asal jangan menyisakan, kecuali tulang”. Atau bisa juga lebih singkat, “Boleh nambah makanan & dilarang menyisakannya.” “Ambil makanan secukupnya dan silakan nambah jika diperlukan, asal jangan mubazir.” Hadirin yang bijak akan memperlakukan makanan dengan sebaik-baiknya. “Membuang makanan di denda ga boleh pulang, hahahaa.” Yaa itu cuma contoh saja.
Semoga bermanfaat.
Foto dari google...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar