Alhamdulillah, Ramadhan kini telah kembali ke pangkuan. Pengembaraanmu selama sebelas bulan lalu telah merakit rasa rindu yang tak terperi. Kau meninggalkan iba yang tak terkira. Tautan rindu yang kau abaikan begitu menyiksa. Segenap rasa telah mengaduk-aduk relung dada begitu lama.

Kini kau telah datang dengan segenap rasa. Kau sambut kami dengan begitu suka cita. Datang dengan segala harap atas simpuhnya semua hamba. Seraya terus menyambut dan melahirkan insan-insan bertaqwa.

Kehadiranmu betul-betul menyirami gersangnya nurani dalam dekapan Rabbani. Meski berita akan kedatanganmu telah sayup-sayup menggema, namun tak urung bagai angin lalu saja. Kabar akan hadirmu timbul tenggelam, meliuk-liuk bagai gelombang radio yang begitu jauh tertiup angin. Menerobos pekatnya atmosfer, menjangkau sisi-sisi terjauh keberadaan umat beragama.

Berita akan hadirmu itu menyapa semesta dengan segala kuasa. Mengabarkan kepada mereka bahwa engkau akan segera tiba. Sengaja kau kabarkan kepada segenap alam, bahwa kehadiranmu akan begitu bermakna. Terutama bagi mereka yang haus akan derajat taqwa.

Kini, dengan segenap jiwa raga sepenuh rasa, kau benar-benar hadir menyapa. Begitu tulus, dengan segenap pesona yang kau sajikan apa adanya. Tanpa sedikitpun kau sembunyikan semua keindahanmu disana. Dengan satu tekad yang begitu bersahaja, bahwa semua insan pasti bisa menikmati dan mensyukuriya.

Rasa syukur itu begitu membangkitkan suasana haru. Berduyun-duyun ummat-Mu menyambut hadirnya Ramadhan. Gegap gempita membahana menerobos angkasa lantunan ayat-ayat suci-Mu. Sahut menyahut dari satu mushola ke mushola berikutnya. Hingga larut malam masih juga menggema. Bahkan menyambut mentari pagi-Mu pun suara merdu lantunan itu masih menghiasi cakrawala.

Ramadhan, dengan hadirmu itu, semesta kini bergembira. Semoga bisa mentaqwakan semua hamba.

Yanggong, 22-3-23