Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Utara, saat ini 75% pencemaran di lingkungan perairan berasal dari limbah rumah tangga dan sisanya berasal dari pabrik atau industri. Pencemaran lingkungan perairan ini diakibatkan oleh adanya beberapa bahan kimia aktif yang terkandung dalam deterjen, sabun, dan produk rumah tangga lainnya, yang tidak dapat atau sulit didegradasi (diuraikan) secara alamiah oleh lingkungan. Salah satu kandungan utama agen pembersih tersebut ialah surfaktan (surface active agent). Surfaktan yang umum kita temukan di pasaran ialah jenis surfaktan sintetis. Meskipun harga produksi surfaktan sintetis ini relatif murah, efek berbahaya yang ditimbulkan sangat mengkhawatirkan, seperti: kematian biota perairan, kerusakan ekosistem, rusaknya estetika lingkungan perairan, dan kelangkaan air bersih.

Idealnya, masalah tentang limbah rumah tangga ini, yakni limbah yang berasal dari penggunaan sabun, dapat dihadapi dengan dua pendekatan. Pendekatan yang pertama ialah mengolah limbah tersebut secara benar, sampai zat-zat yang bersifat racun dapat diubah menjadi senyawa lain yang lebih ramah lingkungan. Pendekatan kedua ialah dengan mencegah penggunaan surfaktan dalam sabun yang sulit terdegradasi. Pendekatan kedua inilah yang kami gunakan dalam menghadapi masalah ini, yaitu membuat sabun dengan kandungan surfaktan yang ramah lingkungan, mudah didegradasi (biodegradable), tetapi kita tetap menjaga kualitas atau fungsi dari jenis sabun yang pernah kita pakai sebelumnya.

Kami membuat karya tulis ini bertujuan untuk mengurangi pencemaaran perairan dan meminimalisasikan gangguan terhadap biota alam dengan adanya sabun yang lebih ramah lingkungan, yaitu yang memiliki kandungan lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai alami.

Telaah pustaka yang kita gunakan ialah Jatropha curcas L., oleosurfactant, dan sabun. Jatropha curcas L. sangat familiar di Indonesia, hampir di seluruh wilayah Indonesia, Jatropha curcas L. tersebar secara merata. Oleosurfactant berasal dari kata oleum (tumbuhan) dan surfactant (surface active agent). Oleosurfactantmerupakan salah satu penamaan untuk surfaktan yang berasal dari asam lemak tumbuhan. Pada intinya surfaktan adalah substansi yang mempunyai kemampuan untuk bekerja pada permukaan suatu sistem dan menurunkan tegangan permukaan sistem tersebut jika diberikan dalam konsentrasi rendah. Triasilgliserol bila dihidrolisis dengan basa lazim disebut saponifikasi, akan menghasilkan gliserol dan campuran garam yang berasal dari asam-asam karbohidrat rantai panjang. Garam yang berasal dari asam-asam karboksilat rantai panjang ini disebut sabun.

Metode penulisan yang kami gunakan ialah pemilahan biji Jatropha curcas L. dan metode ekstraksi minyak biji Jatropha curcas L. Pemilahan biji Jatropha curcas L. bisa dilakukan secara selektif, yaitu dengan hanya mengambil buah-buah yang telah matang (berwarna kuning) saja. Buah yang telah matang harus dijemur agar menjadi kering, pecah-pecah kulitnya, sehingga bijinya keluar atau mudah dikeluarkan. Biji yang terkumpul harus langsung dijemur agar kering hingga kadar airnya mencapai sekitar 6-7%. Metode ekstraksi dilakukan dengan cara pengempresan mekanis.

Pembahasan analisis kami dimulai dari pengolahan minyak biji Jatropha curcas L. menjadi sabun dengan reaksi esterifikasi agar terbentuk metil ester. Setelah itu, dari metil ester yang terbentuk, dilakukan reaksi saponifikasi, yaitu dengan melakukan reaksi antara metil ester dengan basa kuat (NaOH atau KOH), menghasilkan sabun. Untuk menambah daya komersil sabun, dapat ditambahkan zat aditif seperti pewangi,penyegar, pelembut, dan sebagainya. Setelah terbentuk metil ester dari reaksi esterifikasi, tahapan pengolahan minyak biji Jatropha curcas L. menjadi surfaktan berikutnya ialah pembentukan Metil Ester Sulfonat Acid (MESA). Reaksi yang digunakan untuk mensintesis surfaktan anionik (MESA) ialah reaksi sulfonasi, yakni reaksi yang menghasilkan produk akhir berupa ikatan sulfur dan karbon. Setelah hasil didapatkan, oleosurfactant jenis MES ini dapat diolah menjadi deterjen yang ramah lingkungan.

Sifat dari minyak Jatropha curcas L. yang memiliki bilangan penyabunan tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sabun.3 Selain itu, dengan memanfaatkan Jatropha curcas L., maka biaya pembuatan sabun akan menjadi lebih murah, mengingat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebaran Jatropha curcas L. cukup banyak dan merata di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan segala keunggulan yang dimilikinya tersebut, diharapkan dengan penggunaan sabun ramah lingkungan berbahan dasar metil ester ini, dapat mencegah atau setidaknya mengurangi dampak pencemaran limbah sabun yang telah terjadi selama ini.

MAMA hartini 082325958964