Kari Nggesor

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pilkada  dan iklim Demokrasi di  Indonesia
keamanan _ ilulustrasi saja

Pilkada dan iklim Demokrasi di Indonesia

ini adalah hari yang agung bagi kebanyakan masyarakat indonesia . Karena pada hari terjadi pemilihan umum presiden di seantero negeri ini. Penyambutan untuk kegiatan “mahal” yang disebut dengan “pesta demokrasi ini” juga sudah ada sejak awal – awal tahun. Bagi yang mengikuti perkembangan media massa, tingkah polah stakeholder yang menyangkut acara ini sudah sering dilihat di koran,tv, dan majalah. Baik mereka yang bertindak sebagai penyelenggara, peserta, ataupun yang membawa peluit pelanggaran.

Sebagai seorang remaja yang sudah memiliki KTP selama dua tahun, tentunya sanya mempunyai hak untuk menjadi peserta pemilihan umum. Namun sejauh ini, dalam sejarah lembaran hidup saya ,saya belum pernah menggunakan hak saya sebagai warga negara. jadi , dapat disimpulkan kelingking jari saya belum pernah terkena tinta biru. Mungkin ada orang yang bertanya-tanya kenapa?

Sebagai seorang manusia saya juga mempunyai argumen baik segi subjektif dan subjektif. Namun, yang pasti saya untuk pemilu kali ini tidak memilih. untuk alasan kenapa saya bersikap demikian, mungkin teman-teman yang intens berinteraksi dengan saya sudah dapat menebak mengapa saya tidak memilih. Pada kesempatan kali ini saya tidak akan membeberkan mengapa saya tidak memilih, karena teman-teman akan bosan dengan argumen tersebut karena sudah sering diuraikan oleh saudara-saudara kita yang memilih sebagai Golputers. Namun yang pasti (kalo boleh meminjam bahasa teman – teman yang suka menganalisis pro dan kontra golput) saya tidak mempunyai hak untuk mengkritik/mengkoreksi pemerintahan. saya terima konsekuensi itu toh saya juga kemungkinan besar jarang mengoreksi kinerja pemerintah. kalo pun saya berdiskusi tentanggoverment policy toh juga berakhir di catatan hasil diskusi , tidak ada ada follow up yang jelas. Maksud saya adalah hasil diskusi disampaikan dengan bijak, santun, jelas, dan “tidak mengganggu kepentingan umum”. yah, mungkin karena saya bukan anak BEM atau aktivis di kampus, tapi inilah saya toh saya merasa tenang dengan pilihan hidup saya. Sejauh ini konsekuensi logis yang harus tanggung adalah hal tersebut. mungkin kalo teman punya pendapat lain bisa di share disini.

Mungkin sekedar share saja, sebenarnya disetiap pemilu yang pernah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, saya belum pernah mendapatkan undangan pemilih ke tps secara jelas. maksudnya saya selalu tidak ada di rumah ketika pemilu berlangsung,

1. Pilkada Kab. Boyolali 2005 (belum mempunyai kartu pemilih)

2. Pilkada Jateng 2008 ( Lagi di Jakarta )

3. Pemilu Legislatif 2009 (di Depok, dan Malas ngurus mutasi pemilih)

4. Pemilu Presiden Putaran 1 2009 (di Yogyakarta)

Dan hanya Allah yang tahu kapan saya akan mulai mencelupkan jari kelingking saya ke tinta biru_ selamat memilih

hartini kiong 082325958964

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post