Kari Nggesor

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Quo Vadis
Ilustrasi rapat

Quo Vadis

Qua Vadis sebuah kata yang tak asing ditelinga kita. Sering sekali kata tersebut dijadikan sebagai sebuah headline dari sebuah esai di media massa, seperti artikel di opini kompas akhir-akhir ini yang berjudul “Qua Vadis Partai Golkar?”. Bagi pemabaca sekalian yang jarang membaca artikel opini , mungkin bertanya – tanya apa sih makna dari kata “Qua Vadis” tersebut Quo vadis, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang terjemahannya secara harafiahadalah; “Kemana engkau pergi?” Kalimat ini adalah terjemahan Latin dari petikan dari kitab Perjanjian Baru, Injil Yohanes, bab 16 ayat 5.“tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?”

Semenjak dahulu, kalimat ini seringkali dipergunakan. Salah satu contoh yang sangat terkenal ialah judul buku dalam bahasa Indonesia: Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, karangan Kacung Marijan (Jakarta:Erlangga) pada tahun 1992. Quo Vadis, juga merupakan judul sebuah film mengenai Nero, Kaisar Romawi, berdasarkan sebuah buku yang dikarang oleh Henryk Sienkiewicz, seorang Novelis Polandia di tahun 1896. Film ini diedarkan tahun 1951 dan merupakan box office yang memenangkan Golden Globe Awards.

Jadi, bila dalam artikel kompas tersebut bejudul “Qua Vadis Partai Golkar?” maka dapat diartikan dalam bahasa yang lebih sederhana menjadi “Mau dibawa ke manakah partai golkar?” atau dapat disimpulkan bahwa qua vadis menyatankan arah atau tujuan dari sesuatu hal.

Kenapa lebih suka memakai judul dengan Qua Vadis?

Penggunaan judul qua vadis dimaksudkan untuk menarik pembaca. Karena judul tersebut terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya. Maka dengan adanya judul yang asing dan unik tersebut, dapat mendorong pembaca membaca keseluruhan artikel.

Apakah Menyalahi Aturan Kebahasaan Kata tersebut?

Dalam kaidah bahasa Indonesia, ada kaidah – kaidah yang harus ditaati dalam penulisan kata asing yang belum di serap dalam bahasa indoensia. Seingat saya kata asing harus di tulis dalam huruf miring, sehingga dapat dibedakan antara kata yang sudah diindonesiakan dan kata yang masih dalam kategori kata asing. Selama kaidah tersebut ditaati dalam penulisan untuk makalah umum, maka penggunaan kata qua vadis tidak menyalahi kaidah kebahasaan. Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa penggunaan qua vadishanya bertujuan untuk menarik pembaca saja, karena pada dasarnya padanan dalam bahasa indoensia telah ada. Maka kalimat hanya sering digunakan dalam sebuah judul, tidak lebih dari hal itu.

Mungkin postingan selanjutnya, insyaAllah saya akan menggunakan kata qua vadis……. sebagai judul, bagaimana dengan anda

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post