Mega Hermawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bom Waktu

Bom Waktu

Bom Waktu

Bismillah ku mulai kembali memperlakukan laptop layaknya pendamping hidup. Apapun yang sedang melintas dalam suasana hatiku akan ku ketik. Ku mainkan kibor laptop dengan penuh ke hati-hatian. Agar dalam keluwesan ceritaku ini membuat orang lain ketagihan.

“Bukan kepo lho ya…”He..he..Aku seolah-olah bagai penulis kawakan dan super.

Sebut saja nama dia dengan Rindang. Rindang ini nama dari salah satu perawan kampung di desaku. Kedua orangtuanya memberikan pilihan nama tersebut tentunya memiliki harapan yang baik dan memiliki makna pastinya.

“ Kesejukkan...” Celetukku memaknai nama tersebut.

Bagai sebuah pohon yang tinggi menjulang dikelilingi ranting serta daun yang lebat. Di setiap rantingnya dipenuhi dedaunan menghijau rimbun nan menyejukkan mata. Rindang pohon ini.

Begitulah dengan nama Rindang. Ia tak nampak berbeda dengan perempuan-perempuan satu kampung. Ia berusia 15 tahun berwajah mungil oval dengan hidung mancung, berrambut gelombang setinggi sebahu dan berkulit sawo matang. Agak manis apabila mulai kelihatan tersenyum, ditambah kedua pipi kanan-kirinya berlubang.

“Sihitam manis berlesung pipi” gumamku mengaguminya.

Bila tak mengenakan kerudung rambutnya kelihatan tumbuh subur menghitam mengkilap. Ia perawan kampung. Sama dengan teman-teman tetangga kampung lain. Sri Wagiyem,Trinil, Dalinem, Suryani, Triyatmi dan nama-nama perawan kampung lainnya.

Terlihat kerumumnan perawan kampung.” Bisikku melihat dari jarak 100 m.

Berusaha mendekatinya mencari tau sedang apakah mereka. Kupercepat langkahku agar segera bergabung dengan mereka.

“Rin…terlambat kamu” Cetus Triayatmi.

“Walah sing bener Tri” Sahutku.

Padahal gerakku tadi ku percepat menghampiri kalian. Asli sedang apa sih kalian. Tampak asyik gerak-gerik kalian ku lihat dari kejauhan.

Menunduk karena aku sudah tak mendengar apa yang sedang mereka perbincangkan beberapa menit lalu.

“Yuklah bubar” celetuk Wagiyem.

“Bentar”. satu kata dari Suryani. Apa kalian ndak ngajak Rindang!

“Begini-begini Rindang itu pelengkap kok!” Suryani berusaha menjelaskan ke teman yang lain sambil memegang pundak Rindang.

“Wislah bubar,Titik.” Tegas Dalinem.

“Mulih…mulih…mingkem” Sahut Trinil ketus pedes.

Sambil berjalan mereka meninggalkan ku tanpa menoleh sedikitpun kepadaku.

“Hmm..mereka tak memberi kesempatan padaku rupaya” Gumamku saat itu.

Lama ku pandang mereka kembali ke rumahnya masing-masing. Akupun berlalu menuju ke warung untuk membeli sayur mayur dan lauk. Karena memang aku di suruh orang tuaku untuk ke warung bulek Janda sejak tadi.

“Beli apa Rin” Kata bulek Janda menyapa dengan senyuman.

“Kemikir, kemangi, capar, mlanding, tempe buntel godhong waru dan klopo enom bulek” sahutku.

“Berapa iket nduk” bulek Janda menghitung iketan sayur yang sudah ku sebutkan sejak tadi.

“Kemikir 2 iket, kemangi 1 iket, capar 2 iket, mlanding 2 plastik,tempe sedoso ewu dan klopo enom 1 butir bulek” sambil mengeluarkan uang yang ada di dompet.

“Rin,ono opo tak lihat wajahmu keliatan ora sumringah” Bulek Janda mencoba menanyakan kekusutan wajahku.

“Inggih bulek lagi nekuk ati kulo, soale wau rencang bubar sedanten pas kulo dugi saat sedang berkerumun” menunduk tak menerima sikap teman kampungku.

“Oalah iku to nduk” Rasah digagas cah ayu. Ancen bocah kae wes tak apali sifatnya. Kata bulek meyakinkanku untuk tak memasukkan hati sikap teman-teman kampungku.

“Wong yen lagi jajan di warung ini nduk tak ceritani yo” Bulek seperti mau menyampaikan pesan terhadapku mengenai mereka.

Setengah jam aku masih di warung bulek Janda. Ku selesaikan belanjaanku.

Ku segera bergerak lari menuju rumah. Dan lima menit sudah sampai di rumah.

Ku letakkan barang belanjaanku di pogo dapur.

“Buk,ini belanjaannya” kataku.

“Yo letakkan di situ cah ayu” suara ibuku dari dalam kamar mandi terdengar jelas.

Sesekali aku terngiang kalimat bulek Janda. Suara demi suaranya masih teringat jelas dalam telingaku. “Triyatmi, Dalinem, Wagiyem sudah sering mengghibah kanku” kata bulek.

Mereka kalau sedang jajan es kelapa kopyor sirup marjan di warung bulek,pasti yang di bahas Rindang.

“Ya…Rindang”. Sang juara kampung katanya.

Perawan kampung yang banyak di taksir pejaka kampung sebelah. Banyak pengagumnya Rindang itu. Bulek menyampaikan satu persatu kalimat-kalimat temanku.

“Ya Allah kok begitu teman-temanku” setauku mereka hatinya baik.

Masih ku ingat terus bulek mendongeng tentang teman-temanku.

“Kamu mengalahkan mereka saat main catur dalam lomba tingkat SMP Negeri 1 Sukoharjo” Juara 1. Mereka nga ke bawa di tingkat Nasional.

“Mereka iri Dang” bulek mulai memuncak menyampaikan ghibahan teman kampungku.

Aku tengkurep di Kasur. Guling ku dekap erat. Tak ku sangka tentang mereka.Tak pernah ku duga hati mereka. Aku sudah berusaha ngati-ati terhadap mereka. Aku sudah mengalah kalau mereka sedang marah. Akupun sering diam daripada membuat hati mereka terluka karena sikapku selama ini.

“Bom waktu” Petir bersahutan mendengar suara hati kecilku.

“Benarkah ini bom waktu saat aku sedang memuncak di usiaku?” Ku cari jawabannya. Namun hanya wajah-wajah mereka menggambar tak ramah untukku. Apakah ini yang namanya julid? Mereka teman kampungku yang polos tak mungkin tega melakukannya terhadapku kala ini.

“Hmm…semakin ku dekap erat guling teman setiaku”

Ku dengarkan suara radio Banten FM siaran siraman kalbu. Begini uraiannya.

Mengukur keberhasilan orang lain sebagai pendorong diri untuk lebih maju atau semangat menjalani dengan lebih ngotot. Mencoba lebih jujur kepada diri, pasti ada yang kurang dari kelebihan yang dimiliki. Belajar sportif menerima keadaan dari kekalahan dan lebih mawas diri segala godaan untuk menjadi iri,atas keberhasilan orang lain.

“Lhadhalah….bom waktu…bom waktu” Pas aku menuju puncak,pas aku dapat julid, pas itu suara siraman kalbu datang menyejukkan seisi suasana dan kenyamanan dalam kesendirianku di kamar tidurku.

Cilegon, 14 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post