Jam 06.30 wib aku sudah sampai di madrasah tempatku mengabdikan diri. Mengajar tunas-tunas bangsa untuk mewujudkan impian mereka. Udara yang dingin menusuk ke tulang sum-sum, dengan gerakan cepat aku segera merapatkan kedua tangan sambil sesekali kakiku jalan di tempat. Satu persatu siswa Madrasah Tsanawiyah tersebut berdatangan dan segera melempar senyum padaku sambil berjabat tangan dan menciumnya. Dan aku tak lupa membalas senyum manis mereka.

Pada jam pertama ini, aku mengajar di kelas delapan tiga. Dengan segera aku bergegas untuk menemui para siswa. Kegiatan belajar baru berlangsung lima belas menit. Tiba-tiba Andra salah seorang siswaku meminta izin untuk buang air kecil. Aku pun mempersilakannya menuju toilet madrasah. Tapi kulihat raut wajah Andra gelisah, dia mendekat kepadaku dan membisikkan sesuatu. Aku hanya bisa tertawa kecil dan mempersilakannya menuju sungai kecil yang berada tidak jauh dari madrasah.

Jam mengajarku di kelas delapan tiga telah selesai, namun Andra belum kembali juga. Dengan perasaan cemas, aku menuju ruangan majelis guru untuk meminta bantuan mencari Andra di sungai. Namun, belum hilang rasa cemasku. Seorang ibu paruh baya sudah berdiri di pintu masuk ruangan majelis guru sambil berkacak pinggang. Dengan wajah penuh amarah, dia melemparkan setandan kelapa muda di halaman kantor sambil menunjuk ke arah Andra yang lari ke kelasnya.