Mei Impiyani

Sebagai seorang Guru Bimbingan Konseling yang berpengalaman, saya memiliki komitmen untuk membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka. Saya berdedikasi untuk...

Selengkapnya
Navigasi Web
Meretas Batas Perjuangan Guru BK Mengubah Paradigma Sekolah
Meretas Batas: Perjuangan Guru BK Mengubah Paradigma Sekolah

Meretas Batas Perjuangan Guru BK Mengubah Paradigma Sekolah

Cerpen: Dilema Sang Guru BK

Bu Maya duduk termenung di sudut ruang BK yang sepi. Sebagai seorang guru BK dengan pengalaman bertahun-tahun, ia telah terbiasa menghadapi berbagai permasalahan siswa dan membantu mereka menemukan solusi. Namun, setelah baru saja pindah, ia merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan kaku. Di sekolah ini, sistem bimbingan konseling sudah bertahun-tahun berjalan tanpa inovasi, dan senioritas masih sangat mendominasi. Setiap hari ia hanya mendengarkan keluhan yang sama, memberikan nasihat yang sama, tanpa ada perubahan berarti.

Bu Maya merasa dirinya tidak dipercaya oleh beberapa guru senior yang lebih memilih cara-cara lama. Meskipun ingin sekali menerapkan metode baru yang lebih dinamis dan sesuai dengan kebutuhan zaman, bayang-bayang pembiasaan lama terus menghantuinya. Rasa frustasi ini membuatnya merasa gerakannya terbatas. Seiring berjalannya waktu, Bu Maya merasakan adanya culture shock. Di sekolah lama, ia dikenal sebagai inovator yang selalu membawa perubahan positif, tetapi di sini, semua seolah terhenti.

Permasalahan siswa yang datang kepadanya semakin kompleks. Andi, siswa kelas XI, mengungkapkan bahwa ia sering membolos karena merasa bosan di sekolah. Banyak kelas kosong dan tidak menarik dalam pembelajaran. Ia hanya masuk pada saat guru tertentu yang baginya menarik saat pembelajaran saja yang ia ikuti. Bu Maya sadar bahwa nasihat standar yang biasanya ia berikan tidak akan cukup membantu Andi. Penanganan masalah siswa di sekolah ini hanya sekadar memberi informasi dan absen keliling kelas. Model penanganan siswa bermasalah hanya menginvestigasi dan mengundang wali murid untuk pemberitahuan dan memberikan rambu-rambu sanksi. Hal ini menyebabkan pelanggaran siswa terus terjadi dan tidak berkurang, bahkan di kelas XII.

Namun, ketakutan akan kegagalan dan kritik dari rekan-rekan sejawat membuatnya ragu. Apakah ia bisa mengubah cara lama yang sudah mendarah daging dalam sistem sekolah ini? Malam itu, Bu Maya memutuskan untuk merenung lebih dalam. Ia memahami bahwa tugasnya sebagai guru BK bukan hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan hidup yang akan berguna selamanya.

Dengan tekad bulat, Bu Maya memutuskan untuk mulai mengubah pendekatannya. Esok paginya, ia mengajak Andi untuk mengikuti program konseling yang lebih interaktif dan berfokus pada pengembangan diri. "Andi, mari kita coba pendekatan baru ini. Saya yakin ini bisa membantu," ujar Bu Maya dengan senyum penuh harap.

Andi pun mengikuti program tersebut. Bu Maya merancang sesi-sesi konseling yang lebih kreatif, dengan kegiatan yang memungkinkan Andi dan siswa lainnya untuk mengeksplorasi diri mereka, memahami emosi mereka, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Meski jalan yang ia pilih penuh tantangan dan resistensi dari beberapa rekan guru senior, Bu Maya yakin bahwa perubahan kecil ini akan membawa dampak besar.

Namun, tidak semua guru menyambut baik perubahan ini. Beberapa guru senior yang merasa terancam oleh inovasi Bu Maya terus berusaha menjegal langkah-langkahnya. Mereka menyebarkan rumor negatif, mempersulit akses Bu Maya ke sumber daya sekolah, dan bahkan mengkritisi kebijakan yang ia usulkan di depan umum. Kritik Bu Maya terhadap kebijakan sekolah yang usang dianggap tidak sopan dan tidak beradab, sesuatu yang tabu di lingkungan sekolah tersebut.

Bahkan kepala sekolah pun tidak berpihak padanya. Ia lebih mendukung para guru senior yang setia dengan metode lama. Bu Maya semakin terpuruk. Ia merasa ruang untuk berkembang semakin sempit. Setiap langkah inovatif yang ia ambil dihadapkan dengan dinding penolakan yang kokoh. Dukungan dari siswa dan beberapa guru muda tidak cukup untuk melawan arus konservatif yang kuat. Meskipun begitu, Bu Maya tidak menyerah. Ia percaya bahwa perubahan, meskipun kecil, dapat membawa dampak besar jika dilakukan dengan konsisten dan penuh keyakinan.

Bu Maya mulai mengadakan pertemuan rutin dengan para siswa dan wali kelas yang bersedia berkoordinasi dengannya. Ia mencoba menampilkan pola bimbingan yang menyenangkan agar siswa tidak takut terhadap guru BK yang selama ini selalu dipandang negatif karena selalu terkait dengan sanksi dan punishment. Ia mengajak semua pihak untuk terbuka terhadap perubahan dan mencoba pendekatan baru yang lebih humanis dan mendukung.

Perlahan namun pasti, perubahan kecil mulai terlihat. Metode pendekatan Bu Maya mulai mendapatkan kepercayaan siswa. Andi menjadi lebih percaya diri dan mampu mengatasi masalahnya dengan lebih baik. Siswa-siswa lain yang mengikuti program ini juga menunjukkan perkembangan positif. Mereka merasa lebih didukung dan mampu menghadapi berbagai tantangan dengan lebih baik. Sedikit demi sedikit, semakin banyak siswa yang nyaman berkonsultasi dengan Bu Maya.

Dalam situasi yang semakin terjepit ini, Bu Maya tidak menyerah. Ia terus berjuang untuk membuktikan bahwa pendekatannya dapat memberikan manfaat nyata bagi siswa dan lingkungan sekolah. Meskipun harus berhadapan dengan tantangan besar, Bu Maya percaya bahwa setiap langkah kecil yang diambilnya akan membawa perubahan yang positif. Ia mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan rutin dengan siswa-siswa dan wali kelas yang bersedia berkolaborasi dengannya. Melalui pertemuan ini, Bu Maya berharap dapat membangun kepercayaan dan membuka jalur komunikasi yang lebih baik antara guru BK dan seluruh komunitas sekolah.

Dengan penuh kesabaran dan tekad yang bulat, Bu Maya terus menunjukkan dedikasinya untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan konseling di sekolah tersebut. Ia tidak hanya ingin menjadi sumber penyelesaian masalah siswa, tetapi juga ingin membantu mereka mengembangkan potensi dan kepribadian mereka secara menyeluruh. Meski masih dihadapkan pada tantangan yang besar, Bu Maya percaya bahwa melalui kerja keras dan komitmen, perubahan positif yang ia usahakan akan membuahkan hasil yang berarti bagi masa depan pendidikan di sekolah tersebut.

Desklaimer : Cerita ini adalah karya fiksi dan tidak terkait dengan individu, institusi, atau kejadian nyata dalam kehidupan nyata.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah hidup yang menarik Bu, sangat inspiratif. Izin follow ya Bu

06 Jul
Balas

siap bapak

10 Oct

siap bapak

10 Oct

siap bapak

10 Oct

siap bapak

10 Oct

siap bapak

10 Oct



search

New Post