Serunya Belajar di Dunia Nyata Outing Class SDN Sekaralas 3 yang Berkesan
Hari itu, mentari pagi menyambut dengan hangat, seolah ikut bergembira menyaksikan rombongan siswa SDN Sekaralas 3 memulai perjalanan mereka. Namun, yang membuat hari itu istimewa bukan hanya tujuannya, melainkan pakaian yang dikenakan para siswa. Mereka tidak memakai seragam sekolah seperti biasa, melainkan Daddy Cloth—baju-baju milik ayah mereka.
Ada yang mengenakan Kaos Lengan panjang yang terlihat kebesaran, baju yang sering digunakan ayahnya di ladang, atau kaos sederhana yang sudah mulai pudar warnanya. Meski tampak canggung di tubuh kecil mereka, setiap siswa memakainya dengan penuh kebanggaan. Sebuah ide sederhana yang membawa pesan besar: mengenang perjuangan seorang ayah. Dalam pakaian itu ada cerita tentang keringat, doa, dan cinta yang diam-diam terus mengalir untuk keluarga. “Hari ini aku pakai baju ayah, biar aku ingat kalau ayah kerja keras buat kita,” bisik seorang siswa kepada teman di sampingnya. Dengan mengenakan Daddy Cloth, siswa tidak hanya belajar sains di hari itu, tetapi juga pelajaran hidup yang penuh makna.
Rombongan berangkat dengan mobil pickup, menuju UD Usaha Baru milik Bapak Kusno—tempat yang menjadi gabungan antara pabrik es kristal Banyubiru dan penggilingan padi. Perjalanan ini dirancang sebagai kegiatan outing class yang memberikan pengalaman langsung di lapangan. Tujuannya jelas: siswa tidak hanya memahami teori dari buku, tetapi juga menyaksikan langsung bagaimana sains dan teknologi bekerja dalam kehidupan sehari-hari.

Setibanya di pabrik es kristal, para siswa langsung diajak masuk ke area produksi. Di sana, mereka dengan antusias mengamati proses perubahan air menjadi es kristal, sebuah penerapan nyata dari materi pelajaran IPA tentang perubahan wujud benda, yaitu membeku. Siswa terpesona melihat bagaimana air dimurnikan terlebih dahulu melalui mesin Reverse Osmosis (RO) untuk memastikan kebersihannya. Setelah itu, air dimasukkan ke mesin pendingin raksasa, yang menurunkan suhu hingga jauh di bawah titik beku, sehingga akhirnya berubah menjadi balok-balok es kristal yang jernih.

Teknisi yang ramah menjelaskan setiap tahap dengan detail. Para siswa mencatat dengan antusias sambil sesekali mengajukan pertanyaan. “Jadi, kalau bikin es di rumah, airnya juga mesti bersih banget, ya, biar kayak gini,” ujar salah satu siswa. Mereka tidak hanya mempelajari proses teknisnya, tetapi juga pentingnya menjaga kebersihan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.

Dari pabrik es kristal, rombongan melanjutkan perjalanan ke penggilingan padi di tempat yang sama. Di sini, siswa menyaksikan transformasi padi yang baru dipanen menjadi beras siap konsumsi. Mereka melihat dengan takjub bagaimana padi pertama-tama dikeringkan menggunakan oven besar untuk mengurangi kadar airnya. Setelah itu, padi dimasukkan ke dalam mesin penggilingan, di mana proses yang berisik dan berputar cepat memisahkan padi menjadi tiga bagian utama: beras, dedak, dan sekam.

Teknisi menjelaskan bahwa dedak, atau bekatul, tidak hanya menjadi limbah, tetapi juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya nutrisi. Sementara itu, sekam memiliki banyak fungsi, seperti media tanam, bahan bakar untuk pabrik tahu, hingga bahan baku arang. “Jadi, tidak ada yang terbuang sia-sia dari padi ini,” jelas teknisi sambil menunjukkan tumpukan sekam yang siap didistribusikan.

Mata para siswa berbinar mendengar penjelasan tersebut. “Wah, ternyata makan nasi itu prosesnya panjang banget, ya. Banyak yang harus kerja keras biar kita bisa makan,” celetuk seorang siswa, membuat teman-temannya mengangguk sepakat.
Hari itu, kegiatan outing class bukan hanya tentang belajar teori sains di dunia nyata. Ini adalah perjalanan penuh makna, di mana siswa menyaksikan secara langsung bagaimana perubahan wujud benda dan pengolahan pangan terjadi, sekaligus belajar menghargai kerja keras orang lain. Dalam setiap balok es yang jernih dan butiran beras yang putih, ada cerita tentang teknologi, usaha, dan cinta.

Ketika hari mulai siang, rombongan kembali dengan senyum di wajah dan cerita di hati. Mereka membawa pulang lebih dari sekadar catatan di buku—mereka membawa pelajaran tentang rasa syukur, kebanggaan pada keluarga, dan keajaiban ilmu pengetahuan yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar