Filosofi Klepon
Inspirasi dari tulisan ini berasal dari kejadian sore tadi, saat mendung mesra menyapa kami mendapat kiriman dua dus klepon jajanan yang pernah jadi alat penggoyang kerukunan bangsa gegara post bodong klepon tak berbaju.
Klepon rizki segera menjadi teman minum wedang sore.
saat enak mengunyah terdengar derit motor yang direm mendadak dan jeder nampaknya tabrakan tak terhindarkan, meski tidak melihat langsung hanya mendengar, jantung serasa copot reflek memekik ringan, maka terlemparlah klepon dari mulut berikut lelehan gulanya.
Pelajaran moral yang ada pada klepon mengajarkan kepada kita ketika makan jangan dengan mulut terbuka atau sambil berbicara, karena bila kita bicara saat mengunyah, isi klepon yang merupakan gula aren cair akan muncrat keluar dari mulut kita.
Klepon juga melambangkan kesederhanaan jika melihat bahan-bahan sederhana yang digunakan untuk membuatnya.
Warna hijau pada klepon yang berasal dari daun suji pandan yang melambangkan kesejahteraan dan kesuburan. Itu menggambarkan pulau-pulau di Indonesia yang menempati tanah-tanah yang subur dan banyak ditumbuhi pepohonan hijau.
Sederhana bukan, tapi sesuai dengan kultur dan budaya Indonesia
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Benar, meski sederhana tapi orang luar negeri tidak punya. Saya suka bu kklepon, digigit mak klethuss. Salam
Terimakasih