Adee Meitasari

Membaca untuk ditulis Menulis untuk dibaca Minimal untuk pengingat diri...

Selengkapnya
Navigasi Web
34. Kaum Miskin Tidak Butuh Filosofi 'Nasi Anjing'

34. Kaum Miskin Tidak Butuh Filosofi 'Nasi Anjing'

Dilansir dari CNN Indonesia, minggu, 26/04/2020, pada saat tim Tiger Polrestro Jakut melaksanakan patroli, mendapat informasi dari warga Warakas, Tanjung Priok bahwa ada pembagian makanan siap santap kepada warga yang berlogo kepala anjing dan bertuliskan : "Nasi anjing, nasi orang kecil, bersahabat dengan nasi kucing, Jakarta tahan banting"

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menjelaskan, warga sekitar yang mendapatkan makanan itu pun merasa dilecehkan dengan tulisan pada nasi tersebut.

"Para warga, berasumsi bahwa isi makanan yang dibungkus itu pun adalah daging anjing yang diharamkan umat Islam"

Yusril menambahkan : "Kenapa warga umat muslim yang diberikan makanan anjing ?"

Sedangkan Merdeka.com mewartakan, minggu (26/4) Tim Satuan Reserse Kriminal Umum Polres Jakarta Utara akhirnya memanggil sejumlah pihak terkait insiden bantuan nasi bungkus bercap kepala anjing yang tersebar di wilayah Warakas, Minggu (26/4).

Dari hasil penyelidikan dan keterangan sejumlah pihak, kandungan lauk pauk dalam nasi tersebut tidak mengandung unsur anjing.

Bantuan nasi bungkus tersebut diberikan oleh komunitas bernama ARK Qahal yang berpusat di Jakarta Barat.

Sehingga menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus, "Dugaan sementara terjadi salah persepsi antara pembuat, pemberi, dengan penerima nasi" 

Setelah jagad maya ramai dengan berita pembagian nasi anjing, beredar rekaman klarifikasi seperti unggahan pemilik akun Twitter @IwanSumule, terlihat seorang pria berbaju hitam yang diduga sebagai donatur nasi anjing, menerangkan proses peracikan nasi anjing yang dilakukan oleh beberapa orang, semua bahan yang digunakan halal untuk dikonsumsi :

"Yang ini bakso sapi sama teri, Jadi semua bahannya halal, dijamin" demikian pria dalam video itu berkata

Setelah itu, ia menjelaskan filosof nasi anjing. 

Menurutnya : "Anjing itu binatang yang setia.

Makanya yang pertama kita perlu setia sama Allah yang di atas, perlu setia sama pemerintah, perlu setia sama Pancasila dan UUD 45," tambahnya.

Lebih lanjut, disinggung porsi nasi anjing lebih besar dibandingkan nasi kucing, porsi tersebut berguna bagi warga untuk bertahan hidup : "Karena ini kita percaya, Jakarta perlu tahan banting. Jadi sama-sama bergerak untuk masyarakat bawah" demikian ucap Andi pemberi nasi bungkus viral,  seperti dikutip Suara.com.

Mengikuti berita-berita tersebut penulis berasa sesak napas dan tak habis mengerti.

Maunya apa sih ?

sudah namanya nasi anjing, ada setempel gambar anjing pula dibagikan dini hari, dekat masjid, bertepatan dengan waktu makan sahur.

Lengkaplah ....

Mestinya pemberian itu dipikir  dari sisi perasaan si penerima bantuan, orang miskin yang kelaparan.

bukan dari cara berpikir si pemberi, orang kaya yang seolah dermawan namun dengan kesombongan menggunakan istilah semaunya.

Jangan menganggap baper jika si penerima bantuan menolak dan marah,  tidak akan nyambung pula jika pemberi donasi mempunyai pemikiran apalah arti sebuah nama ?

Mari kita urai tanpa membahas agama karena ujungnya bisa sara, kita bahas saja anjing dalam keseharian kita, bukankah binatang itu kerap dilambangkan keburukan ?

makian ? kasar ?

Adakah orang yang mau dikatain : Anjing, lu !!!

Berbeda dengan anjing, kucing dianggap manja dan penurut sampai-sampai ada joke untuk orang kasmaran, tai kucing rasa coklat, sehingga ketika namanya dipakai sebagai bungkusan nasi minimalis tidak ada yang protes.

Sedang untuk alasan porsi nasi anjing lebih banyak dari nasi kucing,  kenapa tidak memakai istilah nasi macan saja ? demikian 'kakak' nasi kucing itu disebut di Jogja.

Kesimpulannya istilah yang digunakan begitu sensitif, jadi komunitas yang membagikan tidak sekedar mengklarifikasi filosofi nasi anjing saja, tetapi juga harus meminta maaf.

karena pada saat seperti ini masyarakat tak butuh filosofi, apalagi yang tanpa memakai hati.

Masyarakat meskipun mengharap nasi tetapi perlu simpati dan empati tanpa menyakiti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya bu saya setuju dengan tulisan ini, sensitifitasnya kurang

27 Apr
Balas

Terimakasih sudah berkunjung

27 Apr

Sebenarnya yg memberi nasi seolah merasa cerdas namun tak memahami dan memiliki kecerdasan Emosi. Ah entahlah

27 Apr
Balas

Sebenarnya yg memberi nasi seolah merasa cerdas namun tak memahami dan memiliki kecerdasan Emosi. Ah entahlah

27 Apr
Balas

Bisa jd yg dibagikan memang nasi berisi daging anjing. Aedangkan yg di videokan pas menunya lain. Tp ini bener2 pelecehan bagi orang miskin, hinggaemberi makan nasi anjing

27 Apr
Balas

Banyak istilah yang mungkin lebih nyaman didengar telinga ya Bu Meitasari, kenapa harus menggunakan istilah yang jelas membuat tak nyaman . Semoga semua mereka kaji ulang. Selamat menunaikan ibadah puasa Bu Meitasari. Barakallah

27 Apr
Balas

Judulnya menarik dan perlu untuk dibaca, maka ada kajian emik dan etik didalamnya sehingga kita bisa mengambil hikmah dibalik tulisan.

27 Apr
Balas

Saya setuju dengan ulasan Ibu. Sungguh tidak etis memakai lambang hewan itu pada nasi yang dibagikan pada warga yang membutuhkan. Konotasi binatang itu sering bernada negatif:kemarahan, cacian, makian, kejengkelan, semua dilampiaskan pada nama hewan ini. Klarifikasi saja tidak cukup. SANGAT TIDAK CUKUP.

27 Apr
Balas

Terimakasih

27 Apr

Orang berilmu tapi tak berakal, orang berpendidikan tapi tak beradab. itulah kita butuh memahami makna kata.

27 Apr
Balas

Bagus, saya setuju ulasannya tepat.

27 Apr
Balas

Terimakasih uni say

27 Apr

Memang sebagian orang menganggap anjing itu binatang yang membanggakan, sehingga mereka LUPAvjika binatang anjing itu sangat dihindari sebagian besar orang Indonesia.

27 Apr
Balas

Saya baru tau ada nasi anjing. Apa gk ad nama lain aj.

27 Apr
Balas

Benar ibu, apalagi diberikan untuk membantu banyak nama yang lebih bermakna

27 Apr

ya Allah kok tega ya ?memberi nama seperti itu. Menyebutnya saja malas apalagi untuk memakannya.

27 Apr
Balas

Benar, sangat tidak nalar menurut saya sih pasti ada misi tertentu, semoga umat muslim sabar dan tidak terpicu karena situasi virus yang tengah melanda, rawan

27 Apr

Setuju bu Meita.. knp harus pke yg negatif jika yg positif lbh bermanfaat dan merupakan do'a..

28 Apr
Balas

Jadi bingung dengan niatnya ya dengan adanya label itu

27 Apr
Balas

Setuju. Memberi tapi merendahkan. Kalau memang nasi itu untuk manusia, beri nama yang baik yg menyenangkan yg menerima. Keren ulasannya....

27 Apr
Balas

Terimakasih

27 Apr

sense of crisis nya hilang, mau nya viral, kadang niat baik, malah gak paham dampaknya...biasa saja, gak perlu diberi istilah nasi anjing, atau ditulisi nasi khusus orang miskin misalnya, malah gak pas,..trimakasih informasinya..salam

27 Apr
Balas

Berbagi tapi menginjak harga diri. Ya Allah lindungi keluarga muslim

27 Apr
Balas

Aamiin... Terimakasih

27 Apr

Mestinya labelnya Nasi Berkah.

27 Apr
Balas

Betul ibu lebih bermakna dan indah

27 Apr

Astaghfirullahal azim, sebuah analogi yang membuat jiwa berduka. Niat baik harus dengan cara yang baik. Ya, Allah sentilan apakah ini yang sesungguhnya? Engkaulah yang Maha Mengetahui segalanya. Ampunilah kami atas semua salah dan dosa kami. Sesungguhnya hidup berkelebihan dan berkekurangan adalah ujian keimanan dari berbagai aspek.Hebat penulisnya.

28 Apr
Balas

Astaghfirullahal azim, sebuah analogi yang membuat jiwa berduka. Niat baik harus dengan cara yang baik. Ya, Allah sentilan apakah ini yang sesungguhnya? Engkaulah yang Maha Mengetahui segalanya. Ampunilah kami atas semua salah dan dosa kami. Sesungguhnya hidup berkelebihan dan berkekurangan adalah ujian keimanan dari berbagai aspek.Hebat penulisnya.

28 Apr
Balas

Judul adalah etalasenya tulisan, pasti ada udang dibalik bakwan neh ya bu Meita he he

27 Apr
Balas

Penghinaan namanya tu

27 Apr
Balas

Setuju

27 Apr
Balas

Mantap

27 Apr
Balas

Makasii shay

27 Apr

Ooo...begitu ceritanya ya bu. Saya cuma baca kutipan sedikit sedikit...jadi gak jelas masalahnya. Ini baru jelas...kalau saya pengen marah pula disini gak pa pa kan? Emang anjin tu orang!

27 Apr
Balas

Sama bu saya juga mikir gitu

27 Apr

Menurut sy sangat lah tidak pantas memberi dg penghinaan seperti itu.. smg sgr dberi hidayah

27 Apr
Balas

Sepakat bu...terimakasih telah mewakili isi hati...sukses terus bu...

27 Apr
Balas

Bahasa yang keluar dari mulut seseorang atau tulisan seseorang adalah cermin dari isi hatinya... maka saya pribadi tidak percaya dengan "walaupun mulutnya kasar tapi hatinya baik" karena hati yang baik tidak akan menggunakan bahasa yang kasar. ...

27 Apr
Balas

Benar sepakat sekali orang baik tak akan tega kasar kepada sesama

27 Apr

Alangkah indahnya menggunakan kata yg lebih etis sehingga yg menerima menjadi bahagia karena pemberian kita. Ini sebenarnya mau sedekah atau menghina. Miris

27 Apr
Balas

bentuk pelechan yang masif

27 Apr
Balas

Ulasannya keren Buu .. setujuuuu

27 Apr
Balas

Terimakasih

27 Apr

Sepertinya enggak ada kata yg lebih manusiawi lg.sampai nasi diberi nama anjing.kebangetan banget.

27 Apr
Balas

Setuju buk

27 Apr
Balas



search

New Post