Peuyeum Bandung alias tape singkong selalu mengingatkan aku pada almarhum ayah.

ini salah satu kesukaannya disamping martabak manis yang di Jawa disebut terang bulan dan masakan Padang daerah asal beliau.

terlebih karena ada cerita lucu tentang panganan ini, ketika beliau ke Bandung calon mertua sekaligus ibu kost alias nenekku yang berasal dari Sunda memesan buah tangan.

Anaknya saja boleh diminta dijadikan istri apa arti ibunya meminta peuyeum, dicarilah penjual terenak dikota kembang untuk oleh-oleh.

Setelah sampai Surabaya masih di Stasiun Pasar Turi, bagi ayah yang berasal dari Padang dan baru kali ini tahu tape singkong, aroma tape berasa aneh. penasaran dibuka... alamak......berjamur.... bakalan jadi omongan nanti, masa makanan berjamur di berikan calon mertua mendingan tidak usah. untunglah masih ada dodol sebagai pengganti.

Dengan perasaan galau kata anak sekarang tape Bandung yang dikemas di keranjang bambu dan daun pisang itu, dibuang semua di tempat sampah stasiun.

Tak jelas apa alasan mendiang kepada almarhumah nenek ketika tidak membawa tape.

Yang jelas lama setelah kejadian itu barulah beliau tahu memang tape singkong nampak berjamur, memutih, efek peragian. Setelah mencoba ternyata legit bingit, suka .... dan akhirnya menjadi favorit.