Catatan Singkat untuk Adik
Seperti tahun-tahun lalu,
Lagi pekan sendu menjadi tamu.
Enam belas Oktober lalu, usai seminggu dia berlalu.
Mungkin, tak banyak yang tau dia begitu lugu.
Tak pernah disentuh pilu, seolah raut polosnya tak mengeluh, sedang beban berat dipikulnya penuh.
Seperti normalnya orang, dia tak pernah rendahkan diri dan tak malu, meski separuh raga tiada berdaya.
Seperti penerang, dia mengajarkan kami jalan untuk menempuh. Namun, kini jiwa kami redup.
Kami mencari-cari kenangan. Menerka-nerka jejak tiap putaran kursi roda yang dikayuh dengan tangannya, menelisik tiap sudut.
Sayang, dinding dan keramik enggan diinterogasi.
Kata seorang sahabat: menangislah, biarkan angin mengeringkan kesedihan.
Selamat jalan, Adik.
Selamat jalan, Alan Riza.
Al Fatihah.
Magek, 23 Oktober 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menyentuh sekali, puisinya !
Terima kasih, Ibu Susi.
Allaahummaghfirlahaa warhamhaa waafihaa wa'fu'anhaa.menulis apa saja dapat melepaskan kita dari segala kesedihan,kerinduan,dan bahkan mengingatnya kembali baik suka maupun duka.
Betul, Bu. Kadang kita butuh sebuah tulisan untuk melegakan perasaan, Bu.
Al fatihah dan doa untuk alan lisa, insyaalah ini yang terbaik untuk alan. bagus dan menyentuh sekali tulisannya lisa
Terima kasih, Ibuku. Al Fatihah, Bu.