KELAS MENULIS BUKU

SATU GURU SATU BUKU (SAGUSABU) KPPL KEMENAG

KABUPATEN AGAM

Tuliskan tiga hal yang membahagiakan Anda dalam satu Minggu ini!

1. Alhamdulillah, dapat hadiah baju baru.

2. Alhamdulillah, bisa belikan Ibu jilbab baru.

3. Alhamdulillah, bisa konsisten menulis dalam tantangan 30 hari bercerita.

HADIAH BAJU BARU

“Lih, mana hadiah baralek? Kau janji loh! Tak ingat? Dasar!” gerutu sepupuku di chatting whatsapp. Menyebalkan memang. Iya, dia sepupu yang menyebalkan tapi baik hati.

Sudah dua bulan dia hamil. Katanya berat sekali, banyak hal yang membuat dia kesal, termasuk ke suaminya juga. Nah, hari itu dia tiba-tiba chatting dengan menggerutu dan menembak kekesalanku usai pulang sekolah. Ingin rasanya aku membalas dengan mengatakan aku baru pulang dan lelah dengan jadwal hari ini yang begitu padat. Tapi, teringat lagi dia sedang hamil, akhirnya dimaklumi.

Singkatnya, awalnya dia tidak meminta. Dia cuma bertanya di mana aku membeli baju gamis yang pernah aku pakai saat tunangannya. Ujung pertanyaannya meminta aku yang belikan.

Malam itu, aku menghubungi Yandi. Teman yang mengirimkan baju itu.

“Modelnya yang ini aja ya. Jumlahkan, nanti ditransfer ya, Ndi!” kataku pada Yandi

“Oke, Boss! Nanti dicarikan barangnya di toko. Bayar-bayar mah gampang!”

Singkat cerita, waktu itu di atas mejaku di kantor majelis guru ada sebuah plastik berwarna hitam tertulis “Untuk: MELISA RIZA”

Membaca kalimat itu, hatiku langsung menggerutu, sudah berapa tahun bersahabat tetap saja dia tidak pernah benar menuliskan namaku.

Tapi dengan tersenyum, aku membuka bungkusan itu. Oya, bukan di sekolah tapi di rumah. Ternyata ada tiga helai baju. Katanya ini untuk sepupu, aku, dan Intan.

Intan, aku, dan Yandi sudah bersahabat lama, namun kini ia berjuang jauh di seberang Sumatera. Terima kasih, Yandi.

JILBAB IBU

“Untuk Ibu yang hijau atau yang merah muda. Terserah saja. Yang penting dipakai.”

Seorang teman menjual jilbab harian dan aku membelinya untuk Ibu dan Ibu. Aneh mungkin. Tapi memang begitu. Aku memiliki dua orang ibu.

Satu ibu kandung, satu lagi kakak ibu kandung.

Nah, kami sekeluarga memang biasa memanggil beliau dengan sebutan Ibu. Beliau setiap bulan pulang kampung. Walaupun kadang hanya melepas rindunya dan kadang membersihkan rumah beliau. Kalau dulu beliau sering pulang untuk melihat adikku. Membawakan kami ikan salai atau saka anau.

Hari itu aku begitu bahagia bisa membelikan mereka meski kantongku tipis kala itu. Cuma tinggal lima puluh ribu.

TANTANGAN MENULIS

Ada sebuah program yang begitu menarik sejak beberapa tahun lalu, tapi entah kenapa hari itu aku berniat untuk mencoba. Meski ragu. Keraguan yang berawal dari ketakutan. Takut kalau-kalau privasiku terbongkar. Aku termasuk yang tidak begitu senang dengan menceritakan privasi hidup ke banyak orang di media sosial.

Banyak hal yang diceritakan, tapi bisa dengan media apapun atau dalam bentuk apapun, jadi aku mencoba menulis dengan puisi, kadang cerpen, kadang bermain kata-kata.

Pernah satu kali ada yang tiba-tiba direct massage, “Sa, itu artinya apa?”

Atau malah ada yang komen “Ngapain, Sa? Galau ya?”

Ih menyebalkan.

Yang beginian membuat susah, bukan susah menjawabnya tapi tidak enak dijawab di media. Dan seolah-olah yang bertanya ingin tau sekali tentangku.

Meski demikian, aku berhasil sudah 27 hari menulis. Menulis berbagai perasaan dan pengalaman setiap hari. Meski kadang agak membuka privasi, ya peduli amat orang ngerti atau enggak!”

Tapi, konsisten ini yang inginku capai sebenarnya.