Pelita
Ada yang tak kenal angka bahkan tak tau kata-kata.
Menelusuri hutan, menerjang sungai menuju pengharapan.
Rumah reyot dan kaki-kaki kecil beralas tanah lembab siap menanti sang Ibu.
Pagi ini mentari enggan bersinar tatkala ibu tersenyum.
Asupan vitamin D seperti sudah terpenuhi.
Setiap mimpi telah digantungnya dalam mentari ufuk timur.
***
Di sini, jarak tak lagi berjarak.
Gedung mewah dan tinta emas pun menjadi biasa.
Sayang, ada yang menimpa anak seluruh negeri.
Membaca bukan lagi kerinduan,
Namun telah dipaksa terpaut pada layar kaku.
Malam akan tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya.
Setiap mimpi dan usaha harus bergerilya demi mentari yang lebih jingga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi dari padang
Lisa,mantap .....syukur kita di sini tak seberat itu tapi masih byk yg mengeluh.....??????