Hari Minggu, 4 -2 -2018,Kota Surabaya cerah hingga senja mengintip, meski sí matahari malu malu menampakan diri secara penuh, karena awan keabu - abuan menari - nari dipermainkan angin. Aku sendiri merasa puas sudah terpenuhi nafsu sarapan pagiku dengan sebungkus nasi jagung yang kubeli dari pasar "Bok Abang. "

Puas dengan sebungkus nasi jagung, aku mulai berlatih menulis dengan jemariku yang masih kaku setelah satu bulan terbaring tak berdaya di hotel airmata yang penuh obat dan suntikan. Sedikit demi sedikit aku menuangkan ideku di atas kertas. Sementara laptop masih kusandarkan. Aku tak ingin kehilangan semua ide. Aku ingin terus bangkit kembali menulis.

Menulis harus jadi menú utamaku kembali, seperti pesan gurú besar, sehari satu tulisan meski tak ada yang membaca. Aku berusaha keras menembus kebingunan untuk memulai menuangkan ideku. Merenung sejenak dan konsentrasi sambil menggalih imajinasi. Tulisanku kali ini pun menurutku hanya sebuah curhat kecil seorang penulis pemula.

Aku merasa terobati dengan menulis. Dengan menulis aku berharap energi positif bisa membuatku sembuh total dari sakit yang ada di tubuhku. Rasa rindu merangkai kata akan membuang kejenuhan dan pusing di kepala. Sobat ini sedikit cerita orang yang bingung. Di senja ini sebelum aku permisi ku dengar teriakan "bakul rujak cingur " begitu lantang menawarkan dagangannya.

Sampai jumpa lagi dicerita berikutnya dengan judul dan suasana berbeda. Dua jemariku masih belum bisa digerakan. Tapi aku sudah selesai menyapa teman di Gurusiana.