Riska Merita

A happy teacher, a moody-writer, yellow & blue lover ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Positif Modul 1.4

Budaya Positif Modul 1.4

Sebuah proses yang cukup panjang untuk belajar modul 1 hingga akhirnya tibalah di penghujung modul 1.4 mengenai budaya positif. Awalnya saya cukup deg - degan melihat sub bab modul yang luar biasa banyak. Saya membaca satu kali belum paham, saya ulang satu kali lagi cukup paham tapi belum menguasai konsepnya 100%. Gelas saya belum penuh dan rentan miskonsepsi. Jeng jeng… ternyata kekhawatiran saya makin menjadi karena tugas akhir modul 1.4 berbeda dari modul – modul sebelumnya. Berawal dari sana, saya menyebut modul 1.4 menjadi sesuatu yang sangat menarik tapi sulit dipahami. Pada kegiatan ruang kolaborasi saya memahami konteksnya tapi tidak paham maknanya. Hingga masuklah di bagian eksplorasi konsep. Pada eksplorasi konsep, saya mematangkan materi yang sudah disampaikan oleh fasilitator. Bagian ini cukup membantu saya dalam meningkatkan pemahaman modul 1.4 budaya positif. Beruntungnya pada saat demonstrasi kontekstual, saya melakukan sedikit kesalahan sehingga memerlukan pengulangan aksi di bagian segitiga restitusi. Pengulangan ini justru membuat saya semakin paham dengan arah budaya positif yang dimaksud pada modul 1.4. Dengan kata lain, gelas saya sudah hampir penuh. Bu Dyah selaku fasilitator sangat detail mengarahkan hingga akhirnya saya menemukan jalannya sendiri untuk memahami konsep segitiga restitusi.

Selain itu, konsep mengenai keyakinan kelas dan nilai kebajikan yang saya dapat dari membaca di LMS juga belum sepenuhnya saya pahami. Saya menyadari betul kekurangan ini. Namun lagi – lagi saya beruntung karena pada lokakarya 2, pengajar praktik menjelaskan dengan rinci dan menuntun kami untuk take action pada tiap – tiap sub bab dalam modul 1.4. Saya sangat ingat ketika beberapa diantara kami mengalami kesulitan membuat contoh budaya positif. Kami diminta menuliskan sebuah budaya positif yang akan diterapkan di sekolah pada selembar kertas karton, lalu melakukan walking gallery. Dari sini saya memiliki beberapa point contoh budaya positif yang bisa saya terapkan di kelas saya dan di sekolah. Kemudian, kami juga mempraktekkan cara membuat dan menyusun keyakinan kelas dan bagaimana membuat skenario on the spot mengenai segitiga restitusi. Karena hal ini, saya akhirnya menjadi semakin paham bagaimana mempraktikkan keyakinan kelas serta menghubungkannya dengan nilai kebajikan, pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan bagaimana guru memposisikan diri selama berinteraksi dengan murid di sekolah. Lagi – lagi saya merasa sangat beruntung karena berada dalam kelompok lokakarya yang sesuai dan secara tidak sengaja telah memfasilitasi kemampuan belajar saya. Sebuah perjalanan panjang untuk memaknai modul 1.4 yang sarat makna.

Sebagai seorang guru, saya jadi banyak membayangkan peristiwa yang pernah saya lalui dan bagaimana terkaitannya dengan budaya positif. Belajar modul 1.4 adalah kesempatan saya memperkaya ilmu dan teori – teori mengenai budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dimaksud berkaitan dengan disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal. Dari situ, kita akan mengetahui makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi apa saja yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam modul 1.4 juga mempelajari bagaimana perubahan paradigma stimulus respon terhadap teori kontrol, penerapan disiplin positif di lingkungan serta bagaimana motivasi perilaku manusia yang terkait dengan teori kontrol dan hubungannya dengan menciptakan / membudayakan dunia berkualitas. Pada modul 1.4 Budaya Positif ini, seorang guru dapat mengetahui kebutuhan dasar apa yang menjadi motif dari sebuah tindakan sehingga guru dapat menjalankan peran sebagai seorang yang dapat menciptakan lingkungan belajar dan memberikan pemenuhan kebutuhan murid. Selain itu, pada modul ini, kita juga diajak berlatih untuk memahami setiap tingkah laku murid di kelas dan mulai mengajak murid untuk memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati agar tercipta sebuah budaya positif. Selain itu, ketika mempelajari konsep Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, ternyata seorang guru dapat menggali dan memecahkan permasalahan yang muncul di dalam kelas dengan menggunakan Segitiga Restitusi - Lima Posisi Kontrol dengan harapan seorang guru dapat menjalankan perannya dan membimbing murid agar dapat berbudaya disiplin positif sehingga dan menjadikan mereka murid yang merdeka. Dari sekian banyak uraian teori yang telah dituliskan, saya menyusun sebuah rancangan aksi nyata dengan latar belakang bahwa :

1. Budaya yang berkembang di sekolah menjadi cerminan nilai - nilai yang dianut sekolah.

2. Mulai menciptakan budaya positif merupakan salah satu bentu tanggung jawab sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran.

3. Saya ingin menciptakan lingkungan yang nyaman dan mampu memberikan kesempatan pada murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat.

4. Saya ingin mewujudkan pembiasaan sebuah budaya positif di sekolah.

Adapun tujuan aksi nyata tersebut meliputi :

1. Mewujudkan keyakinan kelas sebagai sebuah budaya positif.

2. Membangun motivasi internal murid.

3. Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid.

4. Terciptanya suasana dan lingkungan belajar yang positif.

5. Murid dan guru aktif menerapkan budaya positif dan dilakukan secara konsisten.

6. Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid.

Adapun linimasa tindakan yang dilakukan meliputi :

1. Sosialisasi budaya positif dengan rekan guru.

2. Memfasilitasi murid untuk membuat keyakinan kelas.

3. Menempelkan keyakinan kelas di dinding kelas

4. Membuat dokumentasi.

Untuk melakukan hal tersebut, saya mendapatkan dukungan dari : kepala sekolah, guru rekan sejawat untuk mulai menerapkan keyakinan kelas di sekolah. Serta saya juga membutuhkan alat tulis, sarana prasarana sekolah seperti kolom majalah dinding untuk membuat keyakinan kelas. Kolaborasi ini merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam memulai budaya positif di sekolah kami.

Pada seminar budaya positif modul 1.4, saya dan seorang rekan guru CGP lainnya berbagi materi yang akan disampaikan. Kami membagi materi yang akan disampaikan secara merata dan menyampaikan keterkaitannya satu sama lain. Kolaborasi kami ini merupakan sesuatu yang baru bagi saya, namun sangat bermakna karena memberikan pengalaman baru dan menyadarkan saya mengenai tujuan pendidikan guru penggerak yang mengharuskan untuk berkolaborasi.

Menurut saya, untuk membangun budaya positif di sekolah tentunya membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat sehingga kita membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah dan berkomitmen untuk memulai dan melakukannya secara konsisten.

yuk yuk bisa yuk bergerak untuk pendidikan Indonesia yang semakin maju.

Di bawah ini adalah video Aksi Nyata Modul 1.4 Mengenai Budaya Positif yang kami seminarkan di sekolah. Pada kesempatan ini, saya dan seorang rekan menyampaikan materinya secara bergiliran. Terima kasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasan yang menarik

21 Oct
Balas

ahsiap, terima kasih Bu Rismalasari. Salam kenal bu.

21 Oct



search

New Post