Riska Merita

A happy teacher, a moody-writer, yellow & blue lover ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menerapkan Program Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa dalam PJJ Blended

Menerapkan Program Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa dalam PJJ Blended

Oleh Ir.Hendarman, M.Sc., Ph.D.

(Kepala Pusat Penguatan Karakter)

Disampaikan dalam Webinar Series Guru Belajar

Selasa, 14 Juli 2020

Berdasarkan keputusan tiga menteri yang menyebutkan bahwa Tahun Ajaran 2020/2021 dimulai bulan Juli 2020 maka bagi daerah yang berzona hijau dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka dengan mengikuti alur sebagai berikut : kabupaten /kota yang dinyatakan berada pada zona hijau oleh gugus tugas dapat atau tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan kepala dinas pendidikan, jika kedua instansi ini memberikan izin maka dapat dilanjutkan berkoordinasi dengan setiap satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan harus memenuhi semua daftar periksa dengan menyiapkan setiap detail protokol kesehatan yang kemudian dinyatakan siap melaksanakan pembelajaran tatap muka. Setelah itu, baru berkoordinasi dengan orang tua. Jika setiap satuan pendidikan telah memiliki izin, pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan secara bertahap berdasarkan jenjang pendidikan. Namun jika orang tua merasa keberatan dan tidak rela anaknya hadir di sekolah untuk belajar secara tatap muka, maka hal ini tidak menjadi masalah dengan catatan bahwa orang tua dapat memastikan anaknya mendapatkan proses belajar yang sama dengan anak anak lain yang hadir pada pembelajaran tatap muka.

Menurut Hendarman, pandemi ini merupakan sebuah hikmah yang patut disyukuri oleh siapa saja termasuk semua elemen yang termasuk ke dalam ekosistem kehidupan. Bukan rahasia umum karena biasanya guru dan sekolah kerapkali dibebankan oleh orang tua untuk menjadikan anak cerdas dan berkarakter. Guru dianggap memiliki kewajiban penuh untuk memfasilitasi dan menyiapkan anak sebagai peserta didik untuk memiliki sekian banyak kemampuan, keahlian dan karakter baik bagi kehidupan di masa yang akan datang. Dari pandemi ini, orang tua secara tidak sengaja mengambil ahli peran guru di rumah. Hal ini merupakan wujud tanggung jawab yang harus dilanjutkan bagaimanapun keadaannya. Peran orang tua mengedukasi anak agar dapat memahami kondisi pandemi ini. Orang tua harus mendampingi dan sabar. Meskipun anak anak kerapkali dilanda kebosanan dan kerinduan dengan teman teman, guru dan sekolah. Proses edukasi yang dilakukan oleh orang tua ini merupakan bagian dari pengembangan karakter. Agar hal ini dapat berjalan sebagaimana mestinya makandiperlukan sebuah komunikasi antara guru dengan orang tua. Komunikasi ini diharapkan dapat membentuk jalinan kemitraan antara keluarga – sekolah – masyarakat dan dinas pendidikan yang memiliki otonomi dan kewenangan untuk memperhartikannya.

Jalinan ini harusnya sudah terbentuk dan dijalankan sejak dulu, sehingga seharusnya saat pandemi ini terjadi, dimana kegiatan belajar mengajar menjadi tidak mungkin untuk tatap muka maka proses pembelajaran jarak jauh tidak akan menjadi masalah dalam pelaksanaannya.

Mengingat tingginya tekanan psikologis yang dialami anak selama di rumah yang berdampak dan dipengaruhi oleh kondisi orang tua makan diperlukan 3 prinsip pengasuhan positif yang dapat disampaikan oleh pihak sekolah ke orang tua, yakni:

1. Berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan yang hangat antara anak orang tua dan bersifat saling membangun.

2. Mengedepankan penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak anak serta kepentingan terbaik anak.

3. Memberikan lingkungan yang bersahabat dan ramah sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang lebih baik.

Pada prinsipnya, orang tua diharapkan mampu membangun sebuah kondisi yang positif agar kondisi fisik tetap terjaga. Dengan kata lain, dapat saling membahagiakan. Menurut Hendarman, terdapat beberapa saapaan yang membahagiakan yang dapat diterapkan oleh orang tua di rumah, antara lain :

1. Bagaimana harimu, coba ceritakan sama Ibu dan Ayah ….

2. Terima kasih ya kakak / adik sudah membantu Ibu dan ayah…

3. Coba cerita dulu, kok wajahnya begitu…

4. Selamat ya, Ibu dan ayah bangga dengan usahamu…

5. Maafkan Ibu dan ayah ya nak karena melakukan sesuatu yang salah…

6. dst

Selama masa pandemi, orang tua sebaiknya menghindari penghalang komunikasi karena ketidaksanggupan menghadapi berbagai permasalahan yang timbul selama pandemi ini. Adapun penghalang komunikasi yang dimaksud antara lain :

1. Menyalahkan

2. Meremehkan

3. Perintah / titah

4. Ceramah

5. Mengomel

6. dst

Penghalang – penghalang komunikasi ini diyakini dapat memperkeruh suasana, menimbulkan stres bahkan menyebabkan anak lari dan semakin tidak nyaman berada di rumah.

Tidak semua kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan secara daring , bisa juga dilaksanakan secara blended learning , namun harap tetap memperhatikan kondisi daerah anak, apakah anak memungkinkan adanya akses teknologi, jika tidak dapat dilakukan dengan kegiatan home visit. Selain itu, pendampingan orang tua di rumah, kondisi siswa yang tidak hidup bersama dengan bapak ibunya juga harus diperhatikan sehingga guru diharapkan bisa mencari cara kreatif untuk tetap memfasilitasi anak anak belajar. Oleh sebab itu, dalam hal ini sangat diperlukan komunikasi baik antara orang tua dan guru / pihak sekolah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk mengajarkan sebuah perubahan tingkah laku maka diperlukan beberapa tahap yang meliputi : Tahap 1 (membuat orang sadar), Tahap 2 (membuat orang paham), Tahap 3 (membuat orang bergabung), Tahap 4 (membuat orang melakukan). Semua tahap tersebut dapat dilakukan melalui sebuah keteladanan. Misalnya perubahan tingkah laku (karakter) dapat diajarkan dengan media lagu. Jangan memaksakan hal hal yang tidak dapat diajarkan, gunakan media media yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar pembiasaan karakter yang biasa dilaksanakan di sekolah tetap bisa dilaksanakan di rumah.

Jadi orang tua itu tidak mudah, jadi guru tidak mudah, guru itu luar biasa. Orang tua menghadapi satu anak setengah mati, apalagi menghadapi beberapa anak. Tidak terbayangkan jika saya jadi guru yang menghadapi banyak karakter dalam satu kesempatan. Yang pertama kali masuk surga itu guru bukan kepala pusat hehehe (Hendarman).

Bagi saya, cara penyampaian materi oleh Pak Hendarman ini sangat menarik sehingga kena banget di hati ku, wkwkwk. Ada satu kalimat yang saya ingat dan pernah disampaikan beliau pada saat kegiatan Seminar Nasional tahun lalu, ternyata pada kesempatan ini diulangi lagi oleh beliau. Kalimatnya seperti ini “saya walaupun sudah tua masih punya anak yang masih duduk di sekolah dasar”. Jadi inget umurku yang gak lagi muda lagi ini wkwkwkwk.

Seseorang harus cerdas berkarakter. Cerdas bersikap. Cerdas berpikir. Mendukung Indonesia maju. Move on dan Never Give up dengan keadaan!!

– Ir.Hendarman, M.Sc., Ph.D.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post