Riska Merita

A happy teacher, a moody-writer, yellow & blue lover ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pernahkah Engkau Begini?
sumber : google/alqurancartoon

Pernahkah Engkau Begini?

Disadur dari instagram @risalah_amar (Minggu, 5 Juli 2020)

Pernahkah engkau, sahabat, pada suatu malam, karena kerinduanmu pada bacaan Al-Qur’an, bangkit dari rumahmu, lalu keluar. Kau mengendap – endap ke tepi sebuah jendela. Di bawah jendela itu, kau beberapa kali menyeka matamu. Ternyata, hal itu pernah dilakukan oleh orang yang kelak menjadi musuh Allah. Abu Jahal namanya, yang diam diam ingin mendengar Al-Qur’an.

Pernahkah engkau, sahabat, menyimak langsung bacaan Al-Qur’an di masjid, lalu dengan pikiran jernih, tenang , engkau benar benar mengaku kalah. Engkau tak lagi punya argument untuk menolaknya. Bila ayat surge dibaca, seakan engkau ingin ke sana. Bila ayat ancaman dibaca, seakan neraka diciptakan untukmu saja. Pernah ada, sahabat, orang yang seperti itu tetapi masih menjadi musuh Allah. Utbah bin Rabi’ah namanya.

Pernahkah engkau, sahabat, tanpa sengaja melewati orang salat, lalu saat pembacaan Al-Qur’annya semakin detail, sampailah ia di ayat sajdah. Lalu, engkau tanpa sadar, dipaksa bersujud oleh kelembutan jiwamu, oleh menyerahnya hatimu pada bacaan itu. Pernah ada yang seperti itu, sahabat, dan mereka tetap menjadi musuh Rasulullah. Para pembesar Makkah, saat mendengar surat An-Najm dibacakan.

Hari ini, sahabat, kita belum ada di level itu. Ya kita telah beriman kepada Allah, RasulNya dan kitabNya. Tetapi kita belum sampai menyerahkan diri sepenuhnya kepada ayat ayat itu. Kita masihlah berura – pura tersentuh. Kita, sahabat, masih menjadikan Al-Qur’an agar hari hari kita pantas diunggah sebagai konten.

Kita baru sebatas gemar mengutip sepatah dua patah ayat, lalu mematut matutkannya agar tulisan kita terlihat indah. Agar, kita punya alat memperkuat omong kosong kita di hadapan manusia. Kita memang telah beriman kepada Al-Qur’an. Tetapi keimanan itu belum sampai membuat airmata kita bekerja. Keimanan itu, belum sampai melepaskan keangkuhan kita untuk mengakui kegagalan kita, di hadapan Al-Qur’an.

Kita baru sampai pada tahap menghafalkan sepotong ayat dengan susah payah dan diselengi dengan hiburan hiburan atas nama “menghargai diri sendiri” lalu melupakan lagi ayat ayat itu dengan mudah. Kita baru sampai pada mengagumi suara dan nada nada. Memang, bacaan yang tartil dan indah adalah salah satu perantara dakwah. Tetapi kita, sayangnya menangis bukan karena isinya, melainkan karena nadanya yang menyentuh.

Mata semacam apa yang sanggup membaca Al-Qur’an pada petang hari, tapi mencampurnya dengan pandangan pada ketelanjangan pada malam hari. Lisan macam apa yang masih melantunkan Al-Qur’an pada fajar hati, tetapi terus menerus menyebar kebohongan dan aib manusia, di waktu matahari bahkan menerangi dosanya sendiri.

Karena di masa lampau, ada orang yang mendengarkan Al-Qur’an dengan tunduk. Bahkan tak melawan tubuhnya yang entah kenapa ingin bersujud, tetapi masih ingkar. Karena kesombongan dalam hatinya, karena nalar kritisnya yang bekerja, tidak pada tempatnya. Lalu sahabat dimanakah hati kita?

Kerendahan hati. Kelembutan adab. Kesantunan diri untuk mengakui ketidaktahuan serta kelemahan dihadapan Al-Qur’an. Itulah yang membedakan kita dengan orang yang selalu tergesa – gesa memaksakan nalar kritisnya bekerja pada setiap ayat dan meninggikan diri terhadap siapapun yang membacakan ayat itu padanya.

Sebuah catatan pengingat diri. Lalu mrebes mili :)

MasyaAllah Tabarakallah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post