Celoteh PILKADA
Aku kaget, pas lagi asik duduk manis di depan televisi, menikmati serial India Chandragupta. Serial kesukaanku akhir-akhir ini. Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Karena jarak pintu luar dan ruang keluarga berdekatan, jadi aku bisa langsung melihat tamu siapa gerangan yang datang. Wah, aku kaget dan bertanya-tanya.
Mira, istri sepupu saya Andi. Tumben dia datang kerumah malam begini. Mimik wajahnya terlihat seperti serius. Aku tidak tahu apa yang membawanya datang kerumah ini.
Akupun deg-degan menyambut kedatangannya. Tidak ada senyum diwajahnya. Dia duduk tepat didepanku. Tangannya sibuk memperbaiki kain yang menutup kepalanya tadi. Dengan terbata aku bertanya padanya.
"Ada apa?"
Dia masih belum menjawab pertanyaanku. Masih dengan mimik wajah yang serius.
"Ada keperluan apa sih? Kok tampak serius begitu? Ada masalah?" Tanyaku.
Dia tersenyum sambil memperbaiki tutup kepalanya lagi. Aku agak was-was menunggu jawaban darinya.
"Kalian sudah di data belum?" Tanyanya mengawali pembicaraan.
"Data pemilihan" lanjutnya lagi.
"Ooh. Sepertinya belum ya mas?" Kataku sambil menoleh kepada mas Haryo.
"To the point saja. Kalian pilih siapa?"
Bah pertanyaan apa pula ini. Kenapa pula dia mau tahu siapa calon yang bakal kami pilih? Peraturan dari mana ini mereka harus tahu siapa pilihan kita? Bukankah setiap orang memiliki hak pilih? Pilihan kita tidak boleh diberitahu siapapun karena itu rahasia kita dan hak kita.
"Kita belum tahu profil masing-masing calon, jadi kita belum bisa menentukan siapa yang akan kita pilih. Karena kita harus tahu dulu visi misi mereka" begitu jawabanku.
"Lagipula, aku ini ASN jadi tidak boleh ikut berpolitik dan harus netral. Jadi aku tidak dan belum mempunyai pilihan" lanjutku lagi.
Kubiarkan dia dan mas Haryo mengobrol. "Karena mas Haryo bukan ASN, jadi kalau mau mengundang pertemuan atau rapat. Silakan saja diundang. Tapi kalau aku, minta maaf. Aku tidak ikut urusan itu" Mira hanya mengangguk.
Tidak lama dia berpamitan pulang.
"Jadi hanya itu keperluannya?" Gumamku dalam hati. Pentingkah itu? Aku tahu dikampungku ini sejak 15 tahun lalu aroma politik begitu kental. Disini berbicara sedikit saja akan menimbulkan masalah.
Disini tidak ketahuan yang mana teman dan mana lawan. Semua tampak seperti teman tapi dilain waktu mereka menjadi lawan yang dengan buas menerkam kita. Jangankan teman, keluarga sendiripun bisa menjadi lawan.
Celoteh PILKADA
8 Oktober 2020
#Tantangangurusiana hari ke-144
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar