Anak-anak ini berisik sekali. Di suruh masuk kamar mereka malah main lompat-lompatan di tempat tidur. Rasanya ketenanganku terganggu. Tubuhku seperti berada di atas ombak. Aku dangat tidak suka keadaan seperti ini. Anak-anak itu walaupun di larang tetap saja tidak mendengar.

Beginilah srriap malam. Sata hendak memejamkan mata tapi masih terjaga dengan suara ribut anak-anak. Mereka tidak akan berhenti bermain jika lamlu kamar.masih menyala.

Mataku yang mulai mengantuk hampir tidak bisa di ajak kompromi. Suara berisik membuat emosi. Ingin aku berteriak kepada anak-anak ini. Huh! Seharian mereka hanya berkutat dengan handphone. Saat hendak tidur begini mereka baru bersemamgat bermain.

Bantal guling jadi sasaran permainan mereka. Aku paling muak melihat tempat tidur dijadikan arena bermain. Seprei jadi berantakan. Bantal guling terlepas dari sarungnya.

Kuperhatikan saja. Alangkah bahagianya mereka. Tertawa lepas tanpa beban. Tanpa memikirkan kehidupan ini keras dan sulit. Ingin rasanya kembali seperti mereka. Menikmati dan menghayati masa kanak-kanak.

Dulu waktu aku kecil. Aku ingin sekali cepat besar. Dari sekolah dasar aku ingin cepat lulus agar bisa sekolah di SMP. Begitu seterusnya sampai aku diperguruan tinggi. Ingin cepat lulus agar aku bisa kerja.

Serasa waktu berputar sangat cepat. Aku sudah tua dan mempunyai anak. Yang akan ku rawat dan kujaga agar mereka bisa sepenuhnya menikmati masa kanak-kanak mereka.

Namun usia semakin bertambah. Sifat dan perasaanpun semakin berbeda. Aku merasa jadi orang yang sensitif. Jadi orang terbawa perasaan. Jadi emosian. Kata orang, setiap orang yang tua pasti seperti itu. Apakah aku sudah setua itu untuk memiliki sifat itu?

22 Oktober 2020

#TantanganGurusiana hari ke-158