Sedih dan Pedih Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke 48
Zaman sekarang sungguh sangat kejam, kenapa ?. Karena ada orang yang meninggal saat ini bukan karena covid 19, tetapi karena meninggalnya bertepatan dengan kasus covid 19 tetap di anggap karena covid 19, walaupun meninggalnya karena pecah pembuluh darah ke otak.
Kejadiannya bertepatan dengan hari Senin, tanggal 23 Maret 2020, di daerah Pekan Baru. Yang meninggal ini seorang bapak-bapak yang berusia 35 tahun. Pada hari sebelumnya si bapak mengeluh sakit kepala. Tapi hanya di bawa istirahat saja dan minum obat yang di beli di warung saja tanpa berobat ke dokter, tapi pagi hari Senin, tepatnya jam 11.00 wib si bapak sangat merasa kesakitan, hingga akhirnya isterinya membawa ke puskesmas terdekat, tetapi pihak puskesmas lansung merujuk ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit, hanya beberapa saat saja, tepatnya jam 13.30 wib sang bapak menghembuskan nafas terakhir.
Sebagai orang rantau sudah pasti isteri si bapak ini, memberi tahu pihak keluarga yang berada di kampung. Dengan sigap akhirnya, keluarga sampai juga di rumah duka.
Dari awal tidak ada rencana untuk dikuburkan di kampung. Tapi yang aneh malahan orang di kampung yang sibuk membayangkan, kalau dia di kuburkan di kampung bagaimana kalau seandainya dia meninggal karena corona, apakah kita akan datang melayat dan masih banyak pertanyaan lainnya. Orang di kampung sibuk dengan bagaimana dan bagaimananya ?. Sementara keluarga yang di Pekan Baru lancar-lancar saja melaksanakan prosesi pemakamannya.
Jenazah pulang sore hari Senin, tapi karena menunggu keluarga dari kampung, akhirnya jenazah di kebumikan hari Selasa. Di selenggarakan oleh pihak keluarga dan tetangga setempat. Alhamdulillah selesai pemakamannya, semoga almarhum di ampuni segala dosanya dan diterima di sisi Nya….Aamiin.
Setelah jenazah dikuburkan, rombangan keluarga yang dari kampung, ada yang akan pulang lagi . Yang sedihnya setelah mereka tiba di kampung , tidak ada satu orang pun yang datang melayat, tidak ada yang datang untuk bertanya dan bertakziyah. Malahan orang-orang menghindar dari orang-orang yang pulang dari Pekan Baru tersebut.
Sedih memang sangat sedih dan pedih, sampai-sampai warung yang berada di samping di rumahnya tidak di buka, karena takut ketularan coronanya. Dan yang lebih parah lagi, mushalla tempat biasanya mereka shalat, sekarang tutup. Kata orang-orang takut ketularan corona yang di bawa dari Pekan Baru.
Sebegitu parahkah ketakutan masyarakat ?. Jelas-jelas yang meninggal karena pecah pembuluh darah ke otak, tapi masyarakat tetap memvonis sebagai corona. Kalau meninggal karena corona sudah pasti diselenggarakan oleh petugas dan sudah pasti keluarganya sudah diisolasikan pula.
Karena corona tidak ada lagi rasa kekeluargaan, malahan rasa kemanusiaan pun hilang. Keluarga yang sedang berduka, seharusnya di hibur, ini malahan dikucilkan. Semoga kasus ini yang terakhir di dapatkan. Kita dapat merasakan beban keluarga yang ditinggalkan. Dan yang terpenting semoga virus covid 19 ini segera lenyap dari permukaan bumi ini. Aamiin
29 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar