Cinta yang Tersakiti (161)
Jika diri ini tak berharga, lepaskanlah
Jika setia itu tiada guna, mendualah
Jika pengorbanan ini tak berarti, pergilah
Jika cinta ini untuk disakiti, bunuhlah
***
Lelah sudah perahu ini ku kayuh
Berat sudah badai ini ku hadang
Perih, tak berarti dalam ketulusan
Pedih, tak berona dalam keteguhan
***
Haruskah melangkah dalam kepalsuan
Haruskah pasrah dalam derita tiada henti
Sementara bahagia di ambang kehancuran
Lambaian kasih memanggil dari kejauhan
***
Tiada guna tawa canda pelipur lara
Tiada guna senyum bahagia dalam sandiwara
Putih tiada bernoda
Suci tiada menyakiti
Setia tiada mendua
Bahagia tak ada air mata
***
Hanya hamparan sajadah tempat mengadu
Hanya buliran kepasrahan dalam penantian
Sampai tiba saatnya untuk berksaksi
Sampai datang panggilan untuk kembali
Lintau, 23 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Raih Ridlo Ilahi, fokus ke penghambaan diri...Bahagia kan menanti... Sukses selalu bu
mkasih bun..
Mantul, Uni...
Keren puisinya yii
Jangan pernah bersaksi tanpa keiklasan hati. Karna perih rugi dunia, rugi pula ankhirat. Mantap
heheh... makasih pak..
Jangan pernah bersaksi tanpa keiklasan hati. Karna perih rugi dunia, rugi pula ankhirat. Mantap
Jangan pernah bersaksi tanpa keiklasan hati. Karna perih rugi dunia, rugi pula ankhirat. Mantap
Jangan pernah bersaksi tanpa keiklasan hati. Karna perih rugi dunia, rugi pula ankhirat. Mantap