Syair Pujangga (179)
Debur ombak di tepian pantai
Membingkai senja yang mulai kelam
Sebongkah karang mulai tergerus
Dalam permainan gelombang dan badai
Terpaku menatap takdir yang digariskan
Tanpa bisa berpindah dan mengelak
***
Semua mata melihatnya kuat dan tegar
Beberapa mata mencoba melepas lelah
Bermain bersama riak yang saling berpacu
Tanpa mengerti lemahnya ia melawan air
****
Perahu nelayan mulai berlayar
Menentang gelombang di pekat malam
Melepas jala menjaring rezeki
Demi pengabdian tanpa henti
***
Ah...
Inilah dunia
Dalam balutan panggung sandiwara
Dan cerita alam yang menjadi pertanda
Membingkai kisah suka dan duka
Yang tergores dalam syair pujangga cinta
Lintau, 11 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen bgt bu
Bagus diksinya ibu
Masya Allah Uni. Rancaknyo. Salam kenal dan salam Literasi dari Pasisia Selatan.
Barrakallahu pak. Salam kembali dan salam kenal pak.