Siapakah Dia?
_Semua ilmu pasti berguna. Yang sia-sia adalah memiliki ilmu namun tidak diamalkan dan dibagikan_.
Perjalanan dari rumah menuju sekolah setiap hari kulalui dengan menaiki dua kali kendaraan umum, ojeg dan angkot.
Pagi tadi, ketika sedang menunggu angkot, tiba-tiba sebuah mobil kijang berhenti di depanku. Kaca jendela mobil itu terbuka. Terlihat seorang pria berseragam coklat PNS, menengokan kepalanya ke arahku sambil tersenyum dan menyapa.
"Mari Bu... Sekalian ikut!"
Katanya mengajakku.
Takut kesiangan, lama nunggu angkot belum ada yang lewat dan lumayan gratis, akhirnya aku naik. Kunci pintu mobil sudah dibuka. Rasanya tak enak hati jika menolak ajakan lelaki itu. Mungkin saja aku tidak mengenalnya, sementara dia mengenalku. Hmmm... Kaya seleb saja ya? Hhe...
"Ibu ngajar di mana?," tanya lelaki itu kepadaku.
"Di Tegalkunir Pak. Bapak tugas di mana?" aku balik bertanya.
"Saya mau ke kecamatan Bu... PNS kalau kesiangan atau malas kerja itu harusnya malu ya, sementara di sana mereka yang ingin menjadi PNS sekarang ini susah sekali." lelaki itu tidak menjawab pertanyaanku malah bercerita.
"Iya Pak," kataku
"Cita-cita saya sebenarnya dari kecil ingin menjadi guru, Bu. Ketika SMP saya bilang ke guru, tolong masukan saya ke sekolah keguruan. Tapi kata guru saya ketika itu, katanya sekolah keguruan setingkat SMA tidak ada. Saya sih percaya saja karena masih kecil dan tidak berusaha mencari info lagi. Ketika itu saya lulus SMP tahun 1986. Akhirnga saya masuk SMA dan melanjutan ke pertanian di IPB. Lulus dari IPB saya malah nganggur tidak tahu harus kerja apa, karena cita-cita saya ingin menjadi guru. Akhirnya saya bekerja sebagai tenaga honorer di Kecamatan. Karena merasa ilmu saya tidak sesuai dengan pekerjaan saya, akhirnya saya
kuliah lagi mengambil ilmu pemerintahan. Sekarang alhamdulillah saya sudah menjadi PNS Bu, dan ternyata ilmu yang saya dapatkan ketika di IPB jurusan pertanian, justru malah bermanfaat dan menunjang pekerjaan saya sekarang. Walau tidak menjadi guru, tapi saya senang sudah dapat seperti guru memberikan penyuluhan kepada masyarakat di sini yang sebagian besar memang sebagai petani. Saya senang walau tidak menjadi guru sebenarnya di sekolah, tapi dapat seperti guru mengajarkan ilmu yang telah saya dapatkan ketika di IPB."
"Alhamdulillah... Ilmu Bapak bermanfaat juga dan tidak sia-sia. Maaf Pak, saya turun di depan." kataku setelah mobil hampir sampai sekolahan. Obrolan kami pas sekali. Sebelum turun aku buka tas dan memberikan bukuku kepadanya.
"Ini buku saya Pak, untuk Bapak. Terima kasih atas tumpangannya." Kuberikan sebuah bukuku sebagai tanda terima kasih dan kenang-kenangan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ayo bu Nia, terus menulis.......jangan berhenti, tetap semangat. Bisa karena biasa....
Ya Pak... Terima kasih. Semangat
Keren
Terima kasih Bu... Salam literasi