Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) adalah sarana uji untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulis. UKBI terdiri atas lima seksi, yaitu Sesi I (Mendengarkan), Sesi II (Merespons Kaidah), Sesi III (Membaca) dalam bentuk soal pilhan ganda, Sesi IV (Menulis) dalam bentuk presentasi tulis dan Sesi V (Berbicara) dalam bentuk presentasi lisan.
Pernahkan anda ikut tes UKBI? Seberapa mahirkah Bahasa Indonesia anda?
Setelah menempuh UKBI, para peserta akan mendapatkan sertifikat dengan skor yang diperolehnya melalui tes. Melalui skor tersebut, akan diketahui seberapa jauh kemampuannya dalam berbahasa Indonesia, yang terbagi ke dalam tujuh peringkat.
Peringkat I adalah Istimewa, dengan rentang nilai 725—800 Peringkat II adalah Sangat Unggul, dengan rentang nilai 641—724 Peringkat III adalah Unggul, dengan rentang nilai 578—640 Peringkat IV adalah Madya, dengan rentang nilai 482—577 Peringkat V adalan Semenjana, dengan rentang nilai 405—481 Peringkat VI adalah Marginal, dengan rentang nilai 326—404 Peringkat VII adalah Terbatas, dengan rentang nilai 251—325
Suatu hari bersama komunitas guru bahasa Indonesia se-Kabupaten Tangerang, aku pernah ikut sosialisasi tes UKBI yang diadakan kantor Bahasa Provinsi Banten. Diantara para peserta, hanya aku yang seorang guru SD dengan latar belakang pendidikan bukan dari jurusan Bahasa. Dengan maksud ingin tahu seberapa kemampuan diri selama ini dalam menguasai bahasa Indonesia, dengan PD aku pun ikut. Diantara para peserta, hanya aku yang seorang guru SD dengan latar belakang pendidikan bukan dari jurusan Bahasa.
Menurut panitia penyelenggara, beberapa bulan kemudian hasil dari tes itu akan dikirim lewat MGMP Bahasa. Beberapa dari temanku sudah mengira kalau nilaiku akan tinggi karena menurut mereka aku suka menulis. Mereka sepertinya penasaran ingin tahu nilai yang kuperoleh. Ketika hasil tes itu telah kudapat dari seorang teman. Ia tak sabar menyuruhku cepat-cepat membukanya. Aneh juga temanku ini... Sementara punya dia sendiri diumpetin tak diperlihatkan.
"Yah sudah, buka saja!" kataku
Dia pun membukanya. Setelah melihat nilai yang kuperoleh dia kaget sambil tersenyum.
"Kok bisa ya, nilai Ibu hanya 583 lebih rendah dari aku, padahal Ibu kan suka nulis?...Punya buku lagi." katanya dengan gembira.
"Emang nilai Ibu berapa?" tanyaku
"630" jawabnya.
"Mana coba lihat! "
"Sudah disimpan" katanya.
Aku hanya tersenyum. Dalam hati, lalu... kalau dia nilainya besar, kenapa juga tidak bisa menulis?, padahal pendidikan lebih tinggi pula, S2 jurusan bahasa.
Aku tak peduli dengan sebuah nilai. Wajar saja jika seseorang mendapat nilai tinggi karena pendidikan yang mereka dapat sesuai jurusannya. Aku juga tak malu mendapat nilai kecil. Yang pasti aku sudah membuktikan kemapuanku dengan memiliki sebuah karya buku. Yang aku malu adalah jika aku tak bisa berkarya seperti mereka, yang telah berpendidikan tinggi. Aku pasti malu dengan gelar yang kupunya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hanya menang ngerjain soal PG tapi gak terampil menulis kok bangga.Pola pikir mengutamakan nilai ujian tulis PG yang tak peduli kompetensi ya gitu itu. Apagunanya nilai BhsIng tinggi tapi blass gak bisa bercakapcakap apalagi nulis Bhs Inggris? Sama ancurnya tuuuh.
Hehe... Ya Bun, betul.Terima kasih.
Keren ibuTerus semangat berkarya
Terima kasih...
Keren ibuTerus semangat berkarya
Meni sombong yah Bu dapat nilai tinggi. Bukan ukuran nilai tinggi klw dia itu pandai. Itu mah hanya keberuntungan saja. Semangaat ya Bu..tetap berkarya.
Iya hihihi... Semangat
Jangan bangga dgn nilai. Sbnr nya itu bkn tolak ukur.Ttp smngt sobat
Makasih Mis... Semangat
Yang terpenting bisa mengaplikasikan pengetahuan berbahasa itu untuk berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Sukses terus Bu Nia.
Ya Bu... Terima kasih
Keren. Semangat terus untuk berkarya
Terima kasih, Bu...
Sama sama bu
Kadang tersenyum jika melihat orang yang "istimewa" seperti itu, selamat nerkarya, sukses untuk ibu.
Terima kasih, Bu...
mantul salam kenal