M. Hasim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Niat Baik Yang Membawa Petaka
http://lh3.ggpht.com/WXol_9Fb3OuX0kGyF7L5z2A1GRm6wqzrVhBWUhlICPVYl8sCyd0yGLtF2-kSiZY6fT_ecL1n--4wnxI8Y4XX0553yZo

Niat Baik Yang Membawa Petaka

Beredar informasi bahwa Aplikasi Whatsapp mengandung konten dewasa. Jelas tidak layak untuk anak-anak. Kabarnya, kini sudah dilaporkan ke Komimfo agar konten tersebut diblokir. Sebelum jauh ke sana, beberapa orang sudah menyebarkannya di grup WA yang dilengkapi dengan cara atau langkah-langkah membuka konten tersebut. Mungkin untuk membuktikan bahwa konten tersebut memang ada. Mungkin juga agar hal tersebut tidak dianggap hoax.

Saya pribadi termasuk aktif menyebarkan informasi tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi akan dampak yang akan terjadi. Ada yang menanggapi positif dan ada pula yang negatif. Positif di sini bukan berarti konten WA-nya dianggap positif. Mereka berterima kasih karena mendapatkan informasi tersebut. Ada pula yang menyarankan agar berhati-hati info itu jangan sampai ke grup pemuda atau anak-anak.

Namun, seperti kata pepatah “Nasi Sudah Menjadi Bubur”. Mungkin informasi tersebut sampai kepada beberapa anak muda yang menyalahgunakan info tadi. Seorang rekan saya yang kritis menegur. Alangkah baiknya hanya menginformasikan Bapak/Ibu atau orang tua agar berhati-hati untuk mengawasi anaknya terhadap konten dewasa itu. Tanpa harus menampilkan cara atau langkah-langkah membuka konten dewasa dimaksud. Bukankah itu namanya mengajari buka konten *orno dan berdampak orang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu kemudian ada yang menyalahgunakan.

Awalnya saya ingin berargumen bahwa hal tersebut untuk membuktikan keaslian informasi atau beralasan bahwa tidak ada maksud untuk mengajari cara mengakses konten itu. Setelah dipikir ulang, ini memang sebuah kesalahan karena tidak berpikir panjang. Tidak memikirkan dampak atau akibatnya. Sepertinya saya sama dengan orang yang kerja dulu baru mikir, bukan mikir dulu baru kerja. Kata anak zaman sekarang kebanyakan makan micin. Sehingga, telat mikir, cenderung egois, dan mengedepankan emosional. Hendak di hapus pun sudah telat. Sebab, fitur WA untuk menghapus pesan salah kirim hanya menarik pesan yang baru tersebar.

Hal ini sudah mirip-mirip dengan zaman kampanye. Ketika ada calon pemimpin yang buruk. Lalu ada yang bertindak menyebarkan informasi buruk tentang keburukan orang itu. Tujuannya agar tidak ada yang memilih. Kelihatan hal ini, seakan baik-baik saja. Demi mendapatkan pemimpin yang baik. Tapi, cara menyampaikannya kurang etis. Bahkan bisa mengarah ke tindakan pidana. Seharusnya kita sebarkan saja kelebihan-kelebihan orang yang kita idolakan. Tanpa perlu menjatuhkan orang lain. Oh saya pun tersadar saya tidak perlu membantah lagi. niat baik yang saya tumbuhkan ternyata berbuah petaka. Saya hanya perlu mencari solusi semua ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luar biasa. tulisan yang sangat inspiratif

06 Nov
Balas

Terima kasih pak leck. Inspirasi itu berawal dari Bapak.

07 Nov



search

New Post