Jam Terakhir
"Menjadi guru di masa pandemi tidaklah mudah”, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menyiapkan media pembelajaran. Selain harus menguasai IT dengan berbagai macam aplikasi pembelajaran yang beragam guru juga harus mampu beradaptasi secara psikososial. Karena adanya adaptasi baru di dunia pendidikan, munculah beragam permasalahan dari siswa dan juga walimurid. Mulai dari permasalahan kedisplinan para siswa saat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh hingga permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh walimurid. Tapi hal ini tidak membuatku patah arang. Berbagai cara aku tempuh, dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah, membentuk kelompok kecil untuk belajar tentu nya sesuai protokol kesehatan, terus berkomunikasi dengan walimurid, sampai menyisihkan sebagian honor untuk memberikan paket data kepada walimurid yang terkendala secara ekonomi, demi tujuan mulia mencerdaskan anak bangsa, berkepribadian Islami dan berakhlak mulia.
Safi mengajar jam terakhir di kelas 6 Ibnu Rusyd, mata pelajaran PJJ hari ini adalah tematik. Mengajar tematik merupakan pengalamanku di tahun kedua ini dalam mengajar di kelas 6. Banyak tantangan yang kurasakan saat mengajar di kelas akhir jenjang madrasah Ibtidaiyah, dari materi pembelajaran yang kompleks, sampai menghadapi para siswa yang sudah mulai masuk usia pubertas. Aku selalu menempatkan diri kepada mereka tidak hanya sebagai guru, orangtua mereka di sekolah, namun sebagai teman yang setiap saat terkadang nada dering ponselku sering berdering atau sekedar pesan masuk dari para siswaku yang ingin mencurahkan hatinya tentang apa yang dirasakan oleh mereka saat ini atau sekedar menanyakan kesibukanku hari ini, sungguh menyenangkan rasanya, aku bisa berbagi cerita dengan mereka tak lupa aku sisipkan pesan kecil kepada mereka agar tetap hormat kepada bapak atau ibu guru baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Materi tematik hari ini adalah mengenai pubertas, pas sekali dengan yang saat ini mereka rasakan, dalam PJJ kali ini aku tidak melakukan zoom meeting, namun aku akan mengajar secara tatap muka langsung di rumah salah satu siswaku secara bergantian. Mereka dibagi menjadi dua kelompok anak laki-laki dan anak perempuan, aku sengaja memisahkan mereka karena materi yang akan disampaikan tidak lagi menjadi batasan ketika aku harus menjelaskan secara lebih.
Perjalanan mengajar hari ini di awali dengan berangkat menuju rumah salah satu siswaku dengan berjalan kaki, tak lebih dari 15 menit, ternyata kelompok anak laki-laki telah hadir lengkap sebelum pembelajaran di mulai, “sepertinya mereka sudah tidak sabar mengikuti pembelajaran hari ini”, gumamku dalam hati. Di awali dengan mengucap salam dan berdoa, penjelasan materi pubertas satu per satu aku jelaskan secara detail. Tampak dari wajah mereka yang tersenyum-senyum saat aku menjelaskan mengenai ciri-ciri anak yang sudah memasuki usia pubertas, sampai bagaimana menyikapi perubahan yang terjadi pada tubuh mereka. Entah apa yang fikirkan, aku hanya tersenyum, di dalam hatiku materi ini harus disampaikan secara langsung, jika disampaikan secara kelas daring, seperti ada yang kurang bagiku, dari mulai durasi waktu yang terbatas, kadang anak kurang disiplin memasuki kelas daring, dan kendala lainnya tidak ada kouta bahkan sampai ada yang tertidur. Walau sebagian dari masyarakat masih menganggap hal mengenai pubertas maupun hal-hal yang berbau pendidikan seks adalah hal yang tabu, namun bagiku pembelajaran ini sangat penting, kenapa? Agar mereka tidak mencari informasi dari sumber yang salah, yang dampaknya justru makin membahayakan, mereka jadi penasaran terhadap hal-hal yang mereka tidak ketahui.
Begitupun dengan kelompok anak perempuan, materi yang kusampaikan pun sama dengan anak laki-laki setelah kelompok anak laki-laki pulang, selain menghindari kerumunan, aku tetap menjaga batasan materi yang akan disampaikan. Dari dua kelompok yang kuajarkan hari ini ternyata anak laki-laki lebih terbuka, mereka tak segan bercerita mengenai pengalaman mereka saat mengalami pubertas. Selalu aku sisipkan materi agama di setiap pembelajaranku, terutama materi pubertas pada tematik muatan IPA dengan materi haid dan ihtilam pada pembelajaran Fiqih. Tujuannya adalah agar mereka tidak hanya mengetahui secara ilmu pengetahuan saja namum mereka juga mengetahui bahwasanya Islam telah mengajarkan semuanya secara sempurna. Wa allahu a’lam..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Alhamdulillah, terima kasih ibu .