Lanjutan(2)

Oleh : Miftakhul Rohmah

“Sum, kamu mau kemana, antarkan aku ke pasar ya untuk membeli bumbu masak. Persediaan dapur sudah hampir habis. Mumpung kamu tidak bekerja hari ini,” kata Mbok Rum.

“Ya Mbok, sebentar saya tak mandi dulu,” kata Sumari.

Setelah mandi dan berdandan rapi, Sumari memanggil Mbok Rum untuk mengajak berangkat ke pasar. Dengan berboncengan sepeda motor, Mbok Rum meletakkan pantatnya ke jok motor bagian belakang dan tangan memegang Pundak Sumari. Seakan tak ada batas antara mbok dan anaknya.

Mbok Rum belanja segala keperluan dapur. Mulai bumbu lengkap, sayur-mayur, lauk dan buah. Setelah membeli berbagai macam keperluan dapur kemudian Mbok Rum mengajak pulang Sumari.

Sampai di rumah, mengetahui barang belanja Mbok Rum yang banyak dan tidak biasanya, Sumari keheranan dan bertanya.

“Mbok, mau ada acara apa to, kok belanja banyak, apa mau ada acara selamatan, atau tasyakuran?” tanya Sumari.

“Iya Jum, Mbok mau mengundang tetangga sekitar. Mbok mau tasyakuran karena Mbok telah diberikan Kesehatan, Panjang umur, dan yang lebih utama Mbok sangat bersyukur karena Mbok telah diberikan pendamping setia yang menemani Mbok dimasa tua seperti ini,” Mbok Rum menerangkan kepada Sumari.

Sumari agak terkejut dan kaget. Dalam benaknya timbul pertanyaan. Siapa gerangan yang dimaksud Mbok Rum sebagai pendamping hidup tersebut. Iapun berfikir sejenak. Pikirannya menerawang jauh mencari jawaban tentang ucapannya Mbok Rum. Tetapi belum menemukan jawaban. Ia belum berani menanyakan langsung kepada Mbok Rum siapa sebenarnya yang dimaksud pendamping hidup tersebut. Mana mungkin Mbok Rum yang sudah tua itu akan menikah lagi? Siapa gerangan yang tertarik pada Mbok Rum?