Mihrawati, S.Pd.,M.Pd.I

MIHRAWATI S.Pd., M.Pd.I, Lahir di Makassar 21 Sepetember 1971. Ayahanda Abdul RAHIN Pisonai seorang pensiunan guru. Ibunda, Siti Husma, seorang pensiunan guru. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

GENDER DALAM KAJIAN PERSPEKTIF ISLAM

Manusia adalah makhluk sosial.[1] Fakta kehidupan menunjukkan bahwa peran sosial perempuan yang dominan dalam masyarakat adalah sebagai penjaga dan penerus kehidupan. Tidak mengherankan jika al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin menempatkan posisi kaum perempuan sebagai pasangan hidup sekaligus mitra terbaik dalam ikatan rumah tangga.[2] Konsep kepemimpinan gender yang adil dan seimbang menjadikan kaum perempuan sebagai ratu dalam rumah tangganya. Yang mana kaum perempuan wajib mendapatkan perlindungan dan persamaan hak serta kewajiban dalam keluarga maupun masyarakat.[3] Sehingga upaya untuk mengentaskan dimensi kemiskinan kaum perempuan bisa segera dapat diturunkan frekuensinya.[4]

Berangkat dari tingginya frekuensi dan penyebab dimensi kemiskinan kaum perempuan, maka sangatlah penting untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebabnya. Pada awal mulanya pendidikan gender belumlah menjadi penting dalam pendidikan Islam. Namun melihat perkembangan zaman dan perubahan yang masif dalam lingkungan sosial, budaya, politik dan globalisasi indutri dan komunikasi telah mendorong tumbuhnya kesadaran untuk membangun sebuah teori yang sistematik, logis, empiris, reduktif, reflicable dan transmitable ( berguna bagi pihak yang membutuhkannya).[5]

Maraknya perlawanan dan kebangkitan dari kaum perempuan di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa peran politik dan sosial kaum perempuan sangat penting di zaman modernisasi pendidikan. Pro dan kontra terhadap keterlibatan kaum perempuan dalam masyarakat tidak bisa dihindari.[6] Hal ini dikarenakan segelintir orang yang hanya memahami bahwa kaum perempuan adalah kaum yang rawan .membawa fitnah di masyarakat. Sebagaimana yang telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad Shallallaahu a’laihi wasallam dalam hadisnya,” Diriwayatkan dari zainab binti Jahsy ra, bahwa sesungguhnya Nabi saw, masuk ke (rumah)nya dengan terkejut sambil berkata,”Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Celakalah orang-orang Arab karena kejelekan yang sudah mendekat. Kurungan Ya’jud dan Ma’jud telah terbuka seperti ini.” . (HR Al-Bukhari pada kitab ke 60 Kitab Para Nabi, Bab ke-7 Bab Kisah Ya’jud dan Ma’jud)[7]

Berdasarkan hadis tentang kejelekan yang makin mendekat, menjadikan kajian tentang pendidikan gender menjadi salah satu kajian teori yang sangat urgen untuk dikembangkan dalam raung lingkup pendidikan Islam di zaman modern. Terutama dalam mengentaskan dinamika kemiskinan perempuan yang makin berkembang pengaruhnya setelah memperjuangkan[8] hak-haknya di bidang politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain.[9] Kajian ini menjadi sangat penting untuk menjadi wacana berpikir bagi kaum terpelajar agar tidak terjebak pada konsep pendidikan gender yang materialistik dan hedonistik. Pendidikan alternatif bagi perempuan, dalam upaya menghapuskan segala prraktek kekerasan, diskriminasi, serta pengabaian hak-hak perempuan.[10]

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka sangatlah urgen untuk menjadikan pendidikan gender sebagai salah satu pendidikan alternatif dalam pendidikan Islam dan pendidikan umum. Konsep yang ada dalam pendidikan gender akan diluruskan dan diimplementasikan menjadi konsep pendidikan keluarga yang lebih humanity dan penuh kasih sayang.

[1] Allah menciptakan manusia dalam satu kesatuan ummat, di mana satu sama lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak mampu memenuhi semua kebutuhan jasmani maupun rohaninya, sehingga dia membutuhkan orang-orang di sekitarnya. (Tarjamah Tafsir Al-Maraghi 2: 227-228).

[2] “ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dank arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka …” QS An-Nisaa’ : 34

[3] Menurut data PBB, 1/3 dari penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan, sementara itu sekitar 70% dari mereka adalah perempun (Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Ed 42), h.4.

[4] Dimensi kemiskinan di Indonesia beragam jenisnya, di antaraanya pengaruh kultur yang refresif, adanya konflik dan bencana, diskriminasi di ruang publik dan domestic, kebijakan-kebijakan yang tidak mengakomodir hak-hak kaum perempuan. (Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Ed 42), h.4.

[5] Usman, Husaini., Purnomo Setiady Akkbar, Metodologi Penelitian Sosial,h.2.

[6] Jurnal Perempuan Untuk pencerahan dan Kesetaraan, Perempuan dan Pemulihan Konflik, h.4-5

[7] An-Nawawi berkata,” Makna hadis ini adalah sesungguhnya perbuatan keji apabila telah banyak, maka dapat menghasilkan kebinasaan secara meluas, walaupun terdapat orang-orang yang shaleh di sana.” (Kumpulan Hadits sahhih Bukhari Muslim oleh Muhammad Fu;ad Abdul Baqi) h.811.

[8] Dengan melihat kembali sejarah yang diukir oleh R.A.Kartini, di masa penjajahan Belanda. R.A. Kartini menyadari sepenuhnya dampak dari kebodohan dan penjajahan. Kaum perempuan termarginalkan dan mudah menjadi alat privasi bagi penguasa. Berkat perjuangan R.A. Kartini, kaum perempuan telah memeroleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan latihan ketrampilan. Kiprah kaum perempuan yang sangat dominan dalam lapangan pekerjaan telah menimbulkan gejala sosial yang jika dibiarkan akan merusak fungsi keberadaan kaum perempuan sebagai pemelihara dan penerus kehidupan.

[9] Peroiehan kuota suara perempuan dalam bidang politik, sejak zaman orde baru hingga sekarang tidak banyak berubah, hanya sebesar 11.8 %- 12 %, dari porolehan yang diharapkan sebesar 30 %. Hal ini menunjukkan bahwa pendididikan gender menjadi salah satu alasan penting mengapa kaum perempuan harus tetap berada dalam kodratnya sebagai penjaga dan pemelihara kehidupan.

[10] Jurnal Perempuan Untuk pencerahan dan Kesetaraan, Pendidikan Alternatif Untuk

Perempuan, 44. H.5

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mencerahkan. Dahsyat.

03 Jan
Balas

Assalaamu a'laikum.

03 Jan
Balas

Luar biasanya ulasannya

03 Jan
Balas



search

New Post