Mengapa aku menulis?
Kita sedang berada dalam situasi darurat literasi! Masyarakat kita telah hampir sepenuhnya melalaikan hakikat literasi yang sebenarnya yaitu membaca dan memahami makna yang terkandung dalam sebuah tulisan. Sebagai akibatnya, banyak informasi yang tersampaikan tidak sesuai dengan sumbernya. Sehingga hoax kerap menghantui masyarakat kita terlebih pada masa kini dimana era digital memudahkan sebuah berita menyebar dengan cepat.
Khusus dalam dunia pendidikan, darurat literasi ditandai dengan semakin menurunnya minat anak untuk membaca. Membaca yang dalam arti luas tidak hanya berbatas pada bentuk fisik buku namun juga segala bentuk media tulisan. Baik itu media tercetak maupun digital.
Ditilik akibat dari menurunnya minat baca anak ini tidak jauh dari akibat yang dirasakan di masyarakat umum. Anak-anak jadi mudah sekali terpapar berita hoax, baik itu informasi umum maupun informasi terkait ilmu pendidikan. Begitupun komponen pendidikan lainnya seperti para pendidik. Kurangnya minat baca para pendidik mengakibatkan terhambatnya upaya peningkatan kompetensi pengajar yang dibutuhkan dalam dunia penddikan. Terlebih tuntutan kompetetnsi pendidik masa kini yang semakin kompleks seiring kemajuan zaman yang terus berkembang.
Atas dasar itu maka saya sangat berminat untuk berupaya membangun kembali daya literasi masyarakat umum dan lebih khususnya masyarakat dunia pendidikan. Mengingat bahwa negeri ini membutuhkan penerus yang kompeten di setiap ranah; kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
Melalui tulisan, saya akan berupaya menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi setiap pembacanya. Diawali dengan berupaya untuk mengembalikan hakikat literasi yang sebenarnya, kemudian dilanjutkan dengan berbagi informasi serta ilmu pengetahuan kepada setiap pembaca.
Melalui tulisan yang saya bagikan--tidak hanya dalam bentuk media tercetak namun juga media lainnya seperti media digital--saya akan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan yang akan menjadi sumber inspirasi bagi pembaca yang berasal dari berbagai kalangan.
Untuk itu, mengikuti pelatihan Satu Guru Satu Buku (SaGu SaBu) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi menulis saya. Melalui pelatihan ini, saya berekspektasi akan mendapatkan tambahan keterampilan menulis yang kemudian akan dapat saya manfaatkan untuk memperbaiki daya literasi masyarakat secara umum, dan masyarakat pendidikan secara khususnya. Sehingga selanjutnya, tulisan-tulisan saya kelak bisa menginspirasi siapapun itu yang menjadi pembacanya. Aamiin..
Penulis adalah alumni Sagusabu Binjai
Gambar: Free-photos, pixabay
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar