Milla Efendy

Milati Masruroh tapi dikenalnya Milla Efendy. Lahir di Brebes, 02 Mei 1979. 19 Juli 2004 - 31 September 2022 Mengajar di SMK N 1 Tonjong Kab. Brebes dan per 1 O...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kesibukan Guru Tiap Akhir Semester

Menjadi guru itu mudah, tinggal masuk kelas, siswa disuruh mencatat terus latihan dan dikumpulkan. Itu merupakan salah satu tipe dari seorang guru. Guru yang disukai siswa-siswa yang tidak mikir karena cenderung santai. Tidak banyak tuntutan, tidak perlu penilaian atau ulangan, yang penting masuk dan kelihatan mukanya.

Menjadi guru yang dirindukan tentunya keinginan setiap guru. Di kelas, siswa merasa nyaman dan tidak diam dalam tekanan. Istilahnya mengajar dengan hati. Digugu lan ditiru, itu singkatan dari guru. Apa yang dikerjakan atau diperbuat oleh guru pasti akan ditiru sama siswanya. Segala gerak-geriknya di kelas pasti akan diperhatikan oleh siswa. Sampai terkadang kebiasaan guru akan siswa ingat meskipun sudah jadi alumni puluhan tahun lamanya. Kebiasaan mengucapkan kata-kata yang sama sampai ratusan kali. Sampai ada siswa yang tidak fokus dengan materinya, tetapi fokus menghitung kata-kata yang diucapkan sang guru. Belum gerak-gerik anggota tubuh yang tidak sadar sering dlakukan seorang guru.

Profesi seorang guru sebenarnya tidak semudah yang orang kira. Boleh-boleh saja orang berpendapat apapun tentang pekerjaan menjadi guru. Tugas utama seorang guru memang mengajar di kelas sekaligus membimbing siswa.

Dengan kurikulum yang berganti-ganti, serasa jadi guru itu sibuk dengan administrasi. Membuat silabus, program tahunan, program semester, RPP, analisis penilaian harian, program remidial, dan program pengayaan. Memang itu tugas guru yang harus diselesaikan.

Tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga harus mengevaluasi yang dilanjut dengan meremidial siswa yang belum tuntas dan mengadakan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas. Dari hasil evaluasi itu, nilai bisa diketahui. Nilai-nilai yang diperoleh siswa pun bervariasi. Kumpulan nilai-nilai itulah yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan nilai rapot di tiap akhir semester.

Tidak dapat dipungkiri, ada beberapa guru yang cenderung mengarang nilai. Istilahnya ngaji atau ngarang biji. Tuntutan yang harus tuntas sekian persen juga tidak sepenuhnya terpenuhi. Memang di satu sisi, siswa pintar akan dirugikan, tapi di sisi lain tidak mungkin nilai rapot itu nilai apa adanya seperti tahun 80an. Nilai merah itu sudah biasa, dan itu benar-benar menunjukkan kalau siswa tersebut tidak paham dengan mata pelajarannya.

Di akhir semester ini, guru disibukkan dengan pengolahan nilai rapot di aplikasi. Semua guru dituntut harus melek IT. Teknologi yang memudahkan, bukan malah justru menghambat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post