Mimik. S. Takbir

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Inspirasiku

Ketika ada sebuah pertanyaan, siapa orang yang telah berjasa menjadikanmu seperti sekarang, jawaban saya dengan tegas dia adalah Ayah, Bapak saya. Orang yang telah menempa mental kami semua putranya dengan penuh kasih sayang, yang terbalut dalam perhatian dan ketegasan dalam mengajari kami bagaimana seharusnya kita hidup bersama orang lain, dapat diterima lingkungan, mengatasi masalah tanpa masalah, dan tetap memberikan yang terbaik pada sekitar.

Beliau seorang lulusan SR (sekolah rakyat). Seorang prajurit yang gagah berani, karena Beliau salah satu prajurit yang ditugaskan di Timor Timur saat genting. Kemudian diakhir masa tugasnya, Beliau mendapat kepercayaan untuk menjadi anggota Paswalpres, saat presiden Suharto. Dan yang menjadi kebanggaan, dan menularkan mimpi pada saya adalah, ditugaskannya beliau untuk mengawal presiden ketika melakukan kunjungan ke Turki, saat itu, dimana pergi ke luar negeri menjadi sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang, termasuk kami.

Salah seorang advisor ulung bagi kami dan para tetangga di asrama tempat kami tinggal saat itu. Dengan karakter yang sangat menjunjung tinggi kasih sayang, kejujuran, sopan santun, kemandirian, tanggung jawab, berempati pada orang lain, benar benar telah menjadikan kami dan para tetangga percaya, bahwa ketika masalah dibawa pada Beliau, in syaa Allah ditemukan solusinya.

Kasih sayang dalam ketegasannya mendidik kami, telah benar benar membekas dalam diri ini. Saya ingat, bagaimana saya dan adik dihukum, karena telah melanggar perintahnya untuk tidur siang. Hukuman itu bukan semata mata karena tidak tidur siang, tapi kami telah membohongi Beliau dan Ibu. Karena di saat kami semuanya sedang istirahat, dan kami melihat Bapak dan Ibu sudah tidur, saya kemudian mengajak adik keluar, bermain di lapangan bersama teman teman yang lain. Namun celakanya, kami ketahuan, dan beliau menghadiahi kami dengan sebuah sabetan di kaki, ya, tidak di bagian tubuh yang lain, karena Beliau tau dapat membahayakan. Setelah sekian lama, barulah kami menyadari, kami sedang diajari tentang kedisiplinan.

Suatu saat kami diajak bertamu, dan oleh tuan rumah disuguhi jajanan. Sebagai anak anak saat itu, kami senang, dan segera mengambilnya sebelum tuan rumah mempersilahkan. Melihat hal itu, Bapak kemudian membisiki satu kalimat "sedia kulit tebal". Saya dan adik seketika pandang pandangan, dan diam. Tidak berani mengambil jajanan lagi.

"Sedia kulit tebal" maksudnya adalah kata lain dari "dicubit". He he maaf, itu memang hanya ada di keluarga kami. Sesampainya di rumah, ketika kami sedang siap siap dicubit, kemudian Bapak menyampaikan pada kami. Mengambil jajanan saat "namu" sebelum dipersilahkan, itu tidak sopan. Apalagi kalau mengambilnya banyak. Terkesan seperti anak yang dirumah tidak "diopeni".

Akhirnya kami paham, bahwa Bapak sedang mengajari kami tentang sopan santun, etika dan harga diri. Semoga Allah menempatkan Beliau dan Ibu disisiNya, di surgaNya yang paling indah. Aamiin YRA

Tegal, 12 September 2017

Mimik.S.Takbir

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post