Mimik. S. Takbir

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

“Kye negarane dewek oya?”

“Kye negarane dewek oya?”

Keasikan saya menikmati lancar dan indahnya jalan toll Semarang – Ungaran terusik dengan kejadian yang sedikit menjengkelkan. Saat itu, Selasa 17 Oktober 2017 saya bersama dua teman saya yang akan menuju Bandungan, memutuskan lewat toll ketika masuk Semarang. Tujuannya agar terhindar dari macet parah jika melalui jalan biasa.

Pintu toll pertama memberi dua macam layanan pada pengguna jalan untuk membayar tiket toll. Teman saya, yang saat itu memang belum memiliki kartu e-toll, terlayani dengan baik melalui pintu yang sudah ada petugas yang ramah untuk bisa membayar. Sementara saya melihat pengendara lain sudah ada yang lewat pintu dimana untuk membayar tinggal tempel kartu, maka bisa terus melaju. Di gerbang toll tersebut saya juga melihat ada tulisan yang menginfokan bahwa tanggal 22 Oktober sudah diterapkan pembayaran dengan menggunakan e-toll.

Melihat pelayanan dan tulisan tersebut, saya dan dua teman saya tersebut akhirnya tau, bahwa kami harus segera membeli kartu e_toll, karena tanggal 22 Oktober 2017 sudah mulai dipakai. Dan memberi apresiasi pada managemen toll karena sudah memberi layanan “pra e-toll” yang baik. Maka lanjutlah kami masuk ke toll arah Ungaran dengan riang.

Sesampainya di pintu toll pertama arah Ungaran, kami diminta untuk memakai e-toll jika ingin bisa terus masuk. Tentunya teman saya yang mengendarai mobil bingung, karena memang diantara kami bertiga belum ada yang memiliki. Dan oleh petugas yang ada di pintu toll, kami diminta keluar toll lagi, untuk beli di supermarket yang ada di luar toll, dan tentunya harus masuk pintu toll itu dulu. Ditengah kebingungan kami akan “perintah” petugas, kami melaju, dan mencari pintu keluar. Karena hati yang agak jengkel, kami bertiga tidak ada yang melihat pintu keluar, akhirnya kami melaju meneruskan perjalanan.

Sekitar lima belas menit berikutnya, sampailah kami di pintu keluar tol arah Ungaran. Saya melihat ada seorang petugas tol yang duduk di loket. Jadi saya dan teman saya “nyantai” saja masuk lewat jalur pintu yang ada petugas tersebut. Kami berpikir, ini nih solusinya, ada petugas berarti bisa bayar tunai.

Ternyata pikiran kami tersebut salah total, karena si petugas tetap “memaksa” membayar pakai kartu e-toll. Walaupun kami menyampaikan mengapa kami sampai di pintu toll tersebut tanpa kartu, dia tetap tidak mau tau, pokoknya harus pakai kartu. Saya juga protes, bahwa tadi ada tulisan kalau penggunaan kartu mulai tanggal 22 Oktober, bukan sekarang. Jawaban petugas, tetap harus pakai kartu. Kemudian saya “clingukan” cari petugas, barangkali saja ada yang bisa bantu dengan menyediakan kartu e-toll untuk orang orang seperti kami, yang tentunya kami sangat siap untuk membayar. Alhamdulillah ada, dan kami diminta untuk menepi, kami berpikir ya seperti tadi. Dia bantu adakan kartu e-tollnya, kami membayar. Ternyata teman saya diminta ke kantor, kemudian disampaikan bahwa yang kami lakukan adalah pelanggaran, dan harus di denda. Denda yang diberlakukan untuk mobil seperti yang saya tumpangi masuk golongan 1 dan didenda Rp 64.000,-. Tentunya teman saya membayar dengan hati kurang senang. Akhirnya teman saya “nylemong”: “Kye negarane dewek oya, bisane pan bayar nganggo duite dewek ka kangelan. Ndegena didenda nganggone ya rupiah”.

Kejadian tersebut tentunya sangat menjengkelkan, karena bagi kami yang awam menggunakan jalan toll, kartu e-toll benar benar hal baru. Karena domisili saya dan teman saya di Tegal, dan perjalanan yang sering kami lakukan adalah ke Semarang. Maka moda transportasi pavorit kami adalah kereta, yang relatif lebih murah, nyaman, aman dan efektif dari segi waktu. Mestinya pihak managemen toll bisa lebih bijak dalam menerapkannya, misalnya dengan menyiapkan layanan pembelian kartu e-toll di pintu toll, untuk membantu orang orang orang seperti kami yang “terjebak” di pintu toll yang sudah harus memakai kartu, sementara belum memilikinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya Pak, kadung jengkel, mau bayar tunai ditolak hehe

19 Oct
Balas

puter balik saja bu, kemarin saya lupa bawa e-tol, akhirnya muter muter

19 Oct
Balas



search

New Post