Hari ke-1

Menjadi guru adalah pilihan dan pilihan itu memiliki konsekwensi. Dahulu saat hati tergerak untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan tentu banyak gejolak yang dirasakan.

Gaji kecil dan jauh dari kata sejahtera, itulah kehidupan guru pada masa itu. Saya sampaikan kalimat ini karena saya terlahir menjadi anak guru. bapak saya seorang guru dengan gaji yang pas-pasan dan saya juga sebagai pelaku sejarah, saya adalah guru.

Saya kecil sudah diajari bagaimana cara kasbon di toko langganan yang akan dibayar setelah gaji bulan depan diterima. Seperti biasa, tanggal muda adalah tanggal yang menyenangkan, karena pada tanggal-tanggal itu kami bisa makan telur.

Serius hanya telur dan itu membuat kami berbahagia, bagaimana tidak pernah ada satu pertanyaan dari saudara sepupu yang mengatakan begini, "mbak, pernah gak makan telur satu dibagi empat?" tanyanya heran, karena saat itu kami sedang tinggal di rumah bude yang notabene juga seorang guru.

Tentu saja, saya menjawab yakin, "tentu sangat pernah." jawab saya yakin sambil tertawa. Sepupu saya itu anak orang kaya, orangtuanya sawahnya sangat luas, pekerjaan sampingannya adalah pedagang sapi, menjual daging sapi, pedagang hasil bumi dan seabreg pekerjaan lainnya.

Tentu tak heran, saat dia terheran diberi makan telur yang harus diiris menjadi empat bagian, tapi bagi saya yang anak guru itu adalah hal biasa. Maksudnya biasa melas.

Balung, 260122