MIMIN YULISTIYOWATI

Guru IPA SMPN 3 Balung Jember Jawa Timur , masih belajar menulis, mohon kritik dan saran "MELOMPAT LEBIH TINGGI"...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jerami

#435

Judul : Jerami

“Sisi, lihat ini.” Pak Sony menunjukkan sepeda mini warna hijau

Sisi berlari menghampiri ayahnya. Sepeda mini warna hijau yang modelnya sama dengan punya Wiwi.

Sisi terlihat sangat bahagia dengan sepeda mini baru itu.

“Ini.” Pak Sony menyerahkan sepeda mini itu, Sisi menerima dengan senang.

“Terima kasih, Ayah,” ucapnya sambil memeluk ayahnya

“Tapi ingat, Ya. Jangan balapan. Terus yang pinter sekolah dan ngajinya.” Sisi mengangguk setuju, dia berjanji tak akan balapan, dia juga berjanji akan jadi anak pandai.

Sisi mengayuh sepeda mini yang baru saja dibelikan Pak Sony, sekali-kali masih terlihat kaku saat mengayuh. Karena sepedanya yang tidak terlalu besar jadi memudahkan Sisi saat harus turun secara mendadak.

“Sepeda baru, Si?” Sapa Wiwi sambil berjongkok mengagumi sepeda baru Sisi. Sisi mengangguk bahagia

“Boleh pinjam?” ucap Wiwi

Sisi menggeleng pasti, dia ingat nasehat ayah, 'Jangan pinjemin sepedanya pada siapapun'

“Maaf ya, Wi. Kata ayah gak boleh pinjemin sepeda ke siapapun.”

“Dasar pelit, cucu rentenir pelit,” teriak Wiwi sambil berlari meninggalkan Sisi

Sisi menunduk lesu, kata-kata itu lagi, “rentenir, sekarang ditambah satu kata lagi, pelit.”

“Kenapa lagi, Sisi?” sapa Pak Sony melihat kesedihan di mata Sisi.

Sisi mencoba menjelaskan yang terjadi pada Pak Sony, dan beliau tertawa mendengar cerita Sisi.

“Maksudnya itu, gak boleh pinjemin sepeda pada orang yang tidak dikenal. Kalau sama Wiwi, ya boleh dong.”

“Ayo sana, main sama Wiwi lagi,” pinta Pak Sony, tapi Sisi menolak permintaan ayahnya

“Boleh gak, kalau besok saja, Ayah. Sebentar lagi Sisi mau bantuin emak.” Sisi merajuk

“Boleh saja, tapi janji ya. Harus rukun sama teman.”

“Siap, ayah.” Sisi berlari setelah mencium pipi ayahnya, Pak Sony menggelengkan kepala, terheran akan sikap anak-anak, gampang sekali berubah.

“Jangan lupa sepedanya dibersihkan,” teriak Pak Sony, Sisi menoleh sambil mengangguk dan tersenyum. Pak Sony berbahagia karena bisa membelikan sepeda mini untuk Sisi, agar Sisi tak lagi memakai sepeda kakek Ribi yang sangat tinggi.

Sisi berlari ke rumah nenek Mua, sambil melompat kecil dan bersenandung kecil.

“Mak, aku dibelikan sepeda sama ayah.” Sisi bercerita tentang sepeda mininya pada nenek Mua

“Alhamdulillah, sudah bilang terima kasih sama ayah?”

“Sudah dong, Mak.”

“Pinter, jangan lupa selalu bilang terima kasih kalau diberi oleh seseorang.”

“Iya," jawab Sisi pendek sambal tersenyum manis

“Ayo sini, bantu emak memasukkan gula merah pada plastik, jangan lupa dihitung ya!” Sisi mengangguk sambil sibuk menghitung gula merah dalam plastik.

****

Melihat sepeda baru yang tergeletak begitu saja. Ima, adik Sisi ingin mencoba sepeda itu juga. Dikayuhnya perlahan, tapi Ima belum bisa naik sepeda. Dia masih belajar mengayuh, kaki kecilnya masih belum sampai.

“Ibuu,” teriak Ima meminta bantuan bu Yuri, “ajarin aku naik sepeda," renggek Ima

Bu Yuri bergegas berlari, Ima, anaknya kurang mandiri. Dia selalu minta dibantu dalam mengerjakan sesuatu.

“Coba dikayuh perlahan, Ima!” Bu Yuri menyemangati, tapi Ima merengek manja, mau tak mau Bu Yuri harus membantunya, tapi sudah berkali dibantu Ima belum juga bisa.

“Sisi, adik diajari naik sepeda dong," pinta Bu Yuri begitu melihat Sisi melintas di sampingnya.

Sisi agak merengut, sepeda barunya dipakai Ima tanpa ijin, padahal katanya sepeda itu khusus untuknya.

“Ayolah, Sisi. Bantuin ibu

“Gak bisa, Ibu. Susah.”

“Coba dulu.”

Sisi mencoba memegangi boncengan, sementara Ima mencoba mengkayuh sepeda mini Sisi dengan semangat. Tapi tubuh kecilnya tak mampu mengimbangi laju sepeda mininya. Sisi melepaskan pegangannya di boncengan dan membiarkan Sisi mengayuh cepat.

Tapi karena belum begitu bisa menguasai laju sepedanya maka sepeda melaju tanpa kendali dan Ima terjatuh.

"BRAK" Ima dan sepedanya terguling

Ima menangis karena luka di siku dan lututnya, Bu Yuri tergesa menghampiri Ima untuk menolongnya.

“Aduh, Sisi. Kok sepedanya dilepas. Jadi jatuh kan adikmu.” Bu Yuri mengomel pada Sisi, Sisi menunduk lesu, dia sedih melihat sepeda barunya lecet-lecet dan lebih sedih lagi karena Ima jatuh tapi bu Yuri malah menyalahkannya.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cernaknya, Bunda. Salam literasi

24 Mar
Balas



search

New Post