Mimi Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jangan Hentikan Langkahmu

Suara motorku membuat penghuni rumah setengah jadi itu keluar. Ya.. Bapak itu baru saja mendapat program bedah rumah. Kami biasa memanggilnya Tuk Asit, Bapak 3 anak yang profesinya sebagai pemetik kelapa. Tapi entah mengapa penyelesaian rumahnya tidak begitu sempurna. Sebelum dapat program bedah rumah, rumah keluarga itu hanya berupa gubug kecil tanpa penerangan listrik di malam hari. Gubug itu masih berdiri di samping rumah baru yang belum jadi. Tapi rumah itu kini sudah berpintu dan dihuni. Aku sering membatin setiap lewat rumahnya di malam hari, bagaimana anaknya mau buat PR lawong lampu saja tidak ada. Seandainya saja rumah itu dekat dengan rumahku ingin rasanya berbagi terang dengan memberikan 1 atau 2 lampu penerangan.

2 dari tiga anaknya pernah menjadi muridku. Dulu anak gadisnya yg sekarang di SMA termasuk anak yg pintar dan rajin. Aku mengajarnya saat kelas 1 dan kelas 6. Dengan keterbatasannya itu tidak menjadi alasan baginya untuk malas mengerjakan tugas yang diberikan.

Sekarang adiknya perempuan juga jadi siswaku kelas 6.

Berbeda dengan kakaknya si adik sering terlambat dan jarang sekali mengerjakan tugas, aku berusaha mengerti dan masih merasa beruntung dia mau sekolah. Pasalnya teman sebayanya sudah di SMP kelas 3. Kemampuanya memang jauh dari teman2 sekelasnya. Berulang kali kusampaikan kepada teman-teman kelasnya saat Anisa tidak ada, untuk menjaga perasaan dan memberi motivasi pada Anisa agar dia tetap menyelesaikan SDnya. Tapi kadang jadi gregeten juga dengan sikap cueknya.

"Uni ado Tuk? " sapaku ramah. " Ado, di lakang! " jawabnya. Aku pun menuju belakang menurutkan tunjuk si Bapak. Rupanya si Uni yang ku maksud sedang memasak, kulihat uni itu sedang memasukkan kayu ke dalam tungku. Dapurnya hanya berupa emplok kecil dengan dinding papan di belakang, kiri dan kanan tapi terbuka di bagian depan. Jadi aktifitas memasak langsung bisa terlihat dari jalan. beratap seng yang sudah tua pula. Di dekatnya kulihat ada besek berisi bermacam bumbu dan dua buah peria.

" Ni, Anisa mano? Sakiknyo Ni? Lah bara hari wak kailangan". ( Ni, Anisa mana? Sakitkah dia Ni? Sudah beberapa hari saya kehilangan). " Ado, lah wak suruah pai sakolah dak muah nyo" (Ada, sudah saya suruh pergi sekolah tidak mau dia).

Tiba2 muncul gadis yang ku cari, mengenakan kaus pendek hitam dan celana trening. "Belum mandi" batinku. Berarti memang tidak berniat untuk pergi ke sekolah.

" Manga Nisa ndak sakolah Nak? Ndak sampai sabulan lai urang sakolah Nak, rugilah wak ndak sakolah" sapaku cepat. (kenapa tidak sekolah Nak, sekolah tinggal sebulan lagi, rugilah kita kalau tidak sekolah)

Aku dengar dari kawannya, Anisa memang ingin putus sekolah. Ia malu sudah merasa paling tua dan ingin bekerja agar bisa mendapat penghasilan. Aku maklum pendapatnya. Dengan segala keterbatasan pasti dia berpikir untuk tidak lagi menjadi beban orang tuanya.

Hatiku mulai cemas, aku takut dia akan berhenti sebelum waktunya.

" Nisa malu buk, Nisa yang paling tua di lokal itu" jawabnya.

Kenapa, kan teman2 gak ada yang mengejek kamu, nanti kalau ada bilangin sama ibuk" sambungku lagi. " iya buk, besok Nisa Sekolah " janjinya.

Tapi hari ini penantianku sepertinya harus kecewa. Anisa tidak menepati janjinya. Haruskah ku jemput tiap pagi untuk memastikanmu sekolah sampai US usai Nak?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Putaran roda kehidupan

05 Apr
Balas

Iya, betul Bun...

05 Apr

Itulah kehidupan. Masih banyak Annisa lain di luar. Keep spirit, menulislah terus.

05 Apr
Balas

Masya Allah, perjuangan kita belum selesai Bund. Aku turut peihatin Bund, semoga Nisa bisa ikut USBN senin besok yah. Sukses selalu dan barakallah fiik

05 Apr
Balas

Terima kasih doanya Bun..

05 Apr

Semarak. Seru. Barakallah. Bra....vo!

05 Apr
Balas

Segala puji hannya bagi Allah... Waduh.. Bungah ra ngenah2 pokoknya, ada pak editor dan penulis hebat disini.. Makasih sekali hadirnya pak...

05 Apr

Thanks..pak Agus Siswanto. Sama2 semangat kita..! Menulis dan menulis pokoknya.

05 Apr
Balas

Bunda bisa minta nomor Bunda

05 Apr

Monggo Bun.. 082279313184

05 Apr
Balas

Menyedihkan sekali keputusan Nisa

05 Apr
Balas

Semoga masih berubah..

05 Apr



search

New Post