Hampir dua puluh tahun aku resmi menyandang status sebagai guru. Meskipun sudah berusaha memberikan yang terbaik, masih banyak kekurangan yang membuat hasil belum sesuai harapan. Tidak masalah selama kita selalu polah (berusaha). Yang salah itu kalau kita tidak mau bersusah payah dan hanya pasrah. Itu pesan para simbah. Masalah hasilnya, " pun monggo kerso" alias terserah Tuhan.

Tiga komponen utama tugas guru ( mendidik, mengajar dan bimbingan/konseling) seyogyanya berjalan seiring. Pada prakteknya porsi mengajar selalu lebih besar. Bukan enggan untuk mendidik atau memberikan bimbingan konseling tapi banyaknya peraturan dan peringatan mengharuskan kami guru terpaksa membatasi diri. Ya sudah, gak usah neko-neko apalagi ngoyo dengan hal yang kira-kira akan membawa masalah besar. Pokoknya semua harus aman tentram.

Meskipun iklim pendidikan kadang tidak begitu menguntungkan bagi seorang guru saat ini, aku terlanjur menikmati dan mencintai pekerjaan ini. Sekali waktu kualihkan penatku dengan melampiaskan pada hobiku, Tanam menanam. Apa saja mulai dari sayuran, buah, sampai tanaman hias.

Dari keduanya kutemukan kesamaan yang hakiki. Sama-sama menjaga dan memelihara bagaimana tunas itu tumbuh berkembang tanpa gangguan. Tidak kekurangan air, nutrisi dan simat (sinar matahari).

Jika pada tanamanku, jelas aku tahu biji atau tumbuhan apa yang kutanam, seperti apa buahnya dan bagaimana perlakuan yang mereka butuhkan. Tapi di sekolah aku belum tahu jenis tumbuhan apa yang sedang kupelihara. Yang jelas aku harus menjaganya untuk tetap tumbuh dan berdiri kokoh. Ku tahu pasti kelak ada yang tumbuh subur berbuah manis, rindang tempat berteduh, pohon yang berduri bahkan mungkin ada yang beracun. Semua pasti punya fungsi masing-masing. Setidaknya semua tumbuhan hijau menghasilkan oksigen untuk keberlangsungan hidup semua makhluk hidup.