Lingak-linguk mencari jam dinding di ruang tunggu Bank Nagari Koto Baru. Tapi tidak kutemukan. Sejak jam 8 tadi pagi aku bergegas untuk menarik Dana BOS triwulan 1. Setelah sebelumnya membeli sejumlah perangko di kantor Pos. Sejenak kulirik lagi no antrianku. No 20. Padahal untuk melayani satu nomer kuperhatikan memerlukan waktu 30 menit lebih. Aku berpikir berapa waktuku harus terbuang. Tapi itu harus kulakukan. Utang dan belanja kebutuhan sekolah tak mungkin di tahan. Aku sedikit senang saat kudengar satu- satu ada nomor antrian yang kosong hingga bisa lanjut. Jika saja waktu dua atau tiga jam itu ku gunakan untuk menulis tentu sudah banyak halaman yang kuhasilkan. Teringat naskah bukuku yang masih kurang 10 halaman lagi. Terlintas juga RKAS BOS yang harus kuperbaiki, lalu ku ubah dalam RKA-SKPD terbayang Deretan angka-angka di banyak lembaran yang membuat neg.

Suara berdenting sms mengagetkanku. Setelah ku buka, sms dari suamiku. ada kabar duka, seorang tetangga yang juga masih terhitung famili suamiku meninggal. Innalillahi wainnailaihi rojiun.. Gumamku. Semoga husnul khotimah.

Hatiku bertambah rusuh, kapan selesainya urusanku hingga aku bisa pergi melayat. Semua terasa mendesak. Ku hela nafas panjang, kucoba punguti sabar yang sudah terserak ke mana-mana. Masih saja aku berani berharap semua tugasku hari ini bisa terjalani dengan baik tanpa ada salah satu yang harus dikorbankan.