Pondok Petir, 2 Februari 2020

Hari kesembilan belas

Pagi ini malas sekali beranjak dari kasur empukku, hujan yang turun sejak malam hingga pagi ini menambah rasa malas ini. Kulihat jam menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh menit, astaghfirullah mendekati waktu subuh.

Kubangun menuju kamar mandi untuk berwudhu, tak lama kemudian kudengar suara adzan subuh berkumandang. Setelah baca doa setelah wudhu, kugelar sajadah di ruang tengah rumah, kugunakan mukenah, niat solat sunah fajri, lanjut solat subuh, zikir, doa, dan membaca Qur’an.

Setelah melaksanakan solat, kudengar suara-suara tak asing dari perutku, ternyata udara dingin ini membuat rasa laparku bertambah. Kuingat punya ungkepan ayam laos.

Ungkepan ayam laos ini kubeli dari bapak penjual ayam ungkep laos. Bapak yang biasa mangkal menggunakan motor, ayam ungkep yang ditaruh dipanci burik. Kalau sedang malas, dan tak sempat belanja, kubeli ayam ungkep laos ini.

Langsung kuambil ungkepan ayam dari dalam kulkas, siapkan penggorengan tuang minyak goreng, nyalakan api sedang, saat minyak goreng sudah panas kumasukkan ayam-ayam ungkep itu.

Seteleh berwarna kuning kecoklatan bagian bawah ayam, kubalik lagi hingga rata, dan matang ayam-ayam ungkepnya.

Nasi panas dari dalam rice cooker kuambil, tak lupa sambal goreng bawang pete yang kubeli dari pramubakti di sekolahku, Pak Nardi namanya.

Saat suapan pertama nasi, ayam, dan sambal goreng bawang ini masuk dalam mulutku, masyaallah rasanya sesuatu banget, mantabb apalagi rasa sambalnya, kereen.

Kuhabiskan sepiring makan pagi ini, ditemani nasi panas, sambal goreng bawang, dan ayam goreng laos ini. Alhamdulillah . . . nikmat mana lagi yang kamu dustakan.

Ayam goreng dan sambal goreng ini, sangat uenaakk, mantabb, dan mantulll.