Kutemukan
Hari kelima belas, 29 Januari 2020
Hari ini anak-anak didikku belajar komputer bersama Pak Khairul, beliau guru komputer kelas 1, 2, dan 3 di sekolahku.
Waktu istirahat pertama, saat anak-anak kembali ke kelas setelah belajar komputer. Mereka langsung mencuci tangannya sebelum kembali ke kelas. Setelah istirahat makan, minum, ke toilet, dan lainnya.
Seperti biasa setelah pembelajaran selesai, kami guru mengulang pembelajaran yang sudah dipelajari seharian, termasuk pelajaran bidang studi.
Setelah anak-anak istirahat, kubertanya hari ini di lab komputer belajar apa? anak-anak menjawab belajar alat komunikasi. Ada satu siswaku sangat lancar dan jelas menjelaskan pertanyaanku “hari ini kita belajar alat komunikasi jarak jauh dan jarak dekat, kata Ammar.”
Ammar dan murid-muridku yang lain menceritakan, untuk komunikasi jarak jauh contohnya telepon rumah, kalau komunikasi jarak dekat contohnya walkie talkie, anak-anak hebat
Dari cerita mereka jadi mengingatkanku saat-saat dulu komunikasi belum secanggih saat ini, kalau ingin berbicara dengan teman hanya bisa lewat telepon rumah, atau bersurat.
Masa itu, telepon menjadi satu komunikasi yang langka karena hanya orang-orang menengah keatas yang bisa memasang alat komunikasi jarah jauh, sebagian kebanyakan berkirim pesan menggunakan telegram, atau surat.
Kita harus ke kantor pos mengirim surat, dan membeli prangko sebagai biaya pengiriman. Jika surat kita cepat sampai kita harus membeli perangko yang harganya lumayan mahal saat itu.
Saat itu aku sering berkirim surat dengan teman-teman, sahabat, dan saudara. Karena seringnya aku mengirim surat membuatku tertarik untuk mengumpulkan perangko-perangko atau koleksi perangko.
Di kantor pos, banyak dijual perangko-perangko yang memiliki gambar-gambar yang unik, indah, moment-moment tertentu, dan bersejarah, selain itu dengar perpaduan warna yang menarik.
Selain perangko, kantor pos pun menyiapkan stamp map untuk menyimpan koleksi perangko, seperti album foto. Sehingga aku tertarik untuk terus membeli perangko-perangko itu untuk menambah koleksiku.
Perangko-perangko itu tak kutemukan beberapa lama, sempat ada rasa sesal dan sedih karena butuh waktu, dan mengeluarkan uang tidak sedikit kala itu untuk bisa memiliki perangko-perangko itu hingga terkumpul banyak.
Sempat akhirnya pasrah, biarlah, kuikhlaskan, mungkin ini belum rezekiku memiliki koleksi perangko yang selama ini kukumpulkan.
Tapi tak semudah itu kumenyerah, penasaran, kubongkar-bongkar seluruh barang-barang di rumah, dilemari, di box, di kamar, dan lainnya. Tak kutemukan juga, akhirnya kuingat-ingat kembali ternyata koleksi perangkoku ada di rumah saudara, dulu pernah kubawa dan tertinggal.
Alhamdulillah . . .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar