mindi Ana

Nama: Mindi Ana Alumni : SagusabuDki8 Alamat :Vila Pamulang, kota Depok, Jawa Barat Instansi : SDI AL IKHLAS CIPETE Profesi : Guru SD...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sayap Yang Hilang 3

Lanjutan cerita . . .

Hari keempat belas, 28 Januari 2020

“Ibu kedatangan jenazah diperkirakan akan sampai besok siang, karena medan lokasi kecelakaan sulit ditempuh, dan cuaca sedang kurang bersahabat, ucap perwakilan orang kantor.”

“Terima kasih pak untuk informasinya, ucapku.”

Merekapun izin pamit kembali ke kantor, dan menyampaikan besok akan datang kembali.

Adzan magrib berkumandang, kubangkit dari dudukku yang tak terasa hampi tiga jam kutermenung, bersama anak bungsuku yang sedang menyusui.

Kuambil wudhu, ku gelar sajadah, kugunakan mukena, kumulai niat melaksanakan solat maghrib. Bacaan demi bacaan kulantunkan dengan deraian airmata, kuserahkan semua takdir hidupku kepada-Mu pencipta alam semesta.

“Ya Allah, jika ini memang takdir hidup yang telah engkau gariskan untukku, untuk anak-anakku, dan untuk keluargaku, bantu aku untuk menerima semua ketentuanmu dengan ikhlas, ucapku dengan kesedihan yang mendalam.”

Tak kubangun, kududuk sambil mengucapkan doa-doa terbaik untuk suamiku, kuberzikir, menenangkan hati ini yang carut marut. Tak lama terdengar adzan isya. Kulanjutkan solat Isya, baru selesai solat kumendengar . . .

“Mama mama aku lapar belum makan, ucap anak keduaku.’ Yang baru duduk di kelas dua sekolah dasar.

“Astaghfirullah, maafkan mama ya nak, sebentar mama ambilkan, ucapku.”

Dengan menggendong anak bungsuku, yang sedang tiduran dikasur, menuju ke dapur. Kuambilkan makan untuk anak keduaku.

“Ini nak, makan yang banyak ya, ucapku.”

Kutemani anak bungsuku tidur karena sudah rewel, karena mengantuk. Sebagian tetangga sudah pulang sebagian terutama ibu-ibu. Bapak-bapak tetangga rumah, serta kerabat-kerabat dekat yang sudah datang dari dalam kota dan luar kota, mereka sebagian menemani di rumah sampai menjelang subuh.

Aku, beserta anak-anakkupun tertidur karena sudah lelah dan mengantuk. Kuterbangun karena mendengar suara adzan subuh.

“Kak bangun sudah subuh, ayo solat dulu, ucapku kepada anak pertamaku.”

Jam terus berputar dan menunjukkan pukul sepuluh pagi, kumenanti kedatangan jenazah suamiku ke rumah. Tak lama kemudian kumendengar dari kejauhan suara sirene mobil ambulans, yang lama kelamaan suara itu terdengar dekat, dan jelas.

Suara sirene mobil ambulans itu terhenti di depan rumahku, kutersadar pujaan hatiku, teman suka duka mengarungi bahtera rumah tangga sampai hari kemarin, imam keluargaku, surga hidupku, kepala rumah tanggaku, penopang keluargaku, pergi untuk selama-lamanya menemui sang pencipta.

Pihak perwakilan kantor yang mendampingi jenazah suami dari Papua, sampai bandara, dan sampai ke rumah kami menghampiriku.

“Ibu, kami akan menurunkan jenazah Bapak Andi dari mobil ambulans, ucap perwakilan orang kantor.”

“Baik pak, ucapku lirih.”

Kulihat petugas ambulan, tetangga, dan beberapa orang kantor mengangkat peti jenazah suamiku masuk ke dalam rumah. Dan diletakkan di tengah-tengah ruang tamu kami.

Ruang tamu di mana tempat kami, beserta anak-anak menghabiskan waktu untuk berkumpul, bercengkerama, nonton tv, dan lainnya, mengenang kala itu dengan air mata yang terus mengalir.

“Ibu . . . ibu, maaf acara prosesi serah terima dari pihak kantor ke keluarga akan segera di mulai, ucap teman kantor almarhum suamiku.”

“Apa maaf, kurang jelas, ucapku.”

“acara prosesi serah terima akan segera dimulai, ucap teman kantor almarhum suamiku.”

“Baik pak, silahkan dimulai, ucapku kembali.”

Anak-anakku, orangtuaku, mertua, kerabat-kerabat, tetangga, teman-teman abang, juga menyaksikan prosesi serah terima pihak kantor ke keluarga.

Setelah selesai, peti jenazah kubuka . . .Aku, amak-anak, orangtua, mertua, kerabat, dan para tetangga ingin melihat wajah abang yang terakhir kalinya. Kutatap wajah abang tersenyum, seperti sedang tidur, dan terlihat jelas ketampanan abang.

Tatapan terakhir kali membuatku mengenang kebersamaan kami setelah belasan tahun bersama, semoga Allah mengampuni, dan menenrima semua amal baik abang selama di dunia. Terlebih abang meninggal dalam keadaan di jalan Allah, niat mencari nafkah untuk keluarga karena Allah, semoga khusnul khatimah, Aamiin yra.

kami semua akan mengantarkan, menyolatkan suami ke masjid komplek dekat rumah, dan langsung dibawa ke pemakaman umum dekat tempat tinggal kami.

Mobil ambulan membawa jenazah suami tercinta, kuikut di dalamnya, seperti mimpi baru beberapa hari lalu kami masih bersenda gurau, solat berjamaah, makan bersama, dan sederet aktivitas kami serta keluarga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post