Minerpa

Lahir dan dibesarkan di sebuah kampung pinggir danau Singkarak Solok Sumbar. Sejak SD suka menulis sampai SMA.Kuliah di IKIP Padang S1 Pendidikan Dunia Usaha. S...

Selengkapnya
Navigasi Web
DIA BUKAN ORANG GILA ( tagur ke 51 ) pentigraf 19

DIA BUKAN ORANG GILA ( tagur ke 51 ) pentigraf 19

 

Lelaki paruh baya itu duduk didalam pondok pos ronda. Matanya redup cekung dengan pandangan yang kosong. Sesekali terlihat menyelisik orang orang yang bekerja disawah dekat pos ronda itu.  Kulitnya kering kusam membaluti tubuhnya yang kurus seperti tak terurus. Sesekali terdengar seperti membaca buku , kemudian tertawa terbahak sendiri. Bila disapa dengan memanggil namanya dia menjawab seperti tidak ada gejala stres dalam pikirannya.

 

Sering aku menegur anak anak yang suka usil mengolok olok  lelaki itu. Aku merasa kasihan  dan tidak tega melihatnya mengamuk karena ulah anak anak nakal  itu. Lelaki itu mungkin bisa diobati karena aktivitasnya tidak pernah mengganggu orang lain pikirku. Bila ditanya dan disapa baik baik dia menjawab dengan jelas, tak sedikitpun tampak bahwa jiwanya terganggu. Makanya aku sering membawakan nasi bungkus serta lauk untuk disantapnya karena telah jam 12 siang dia belum makan saat kutanya. Tak lupa kusuruh dulu dia berkumur kumur  sebelum memakannya dengan air yang kubawakan dalam botol plastik.

 

Disiang hari itu  matahari bersinar sangat garangnya, anak anakku yang baru pulang dari sekolah menyampaikan bahwa lelaki itu tengah mengamuk di pos ronda sehabis diolok olok anak anak nakal. Tiba tiba bathinku ingin segera menolongnya, lalu kukeluarkan motor menuju pos ronda yang tak jauh dari rumahku . Disana anak anak masih terlihat ketakutan karena lelaki itu ingin memukulnya.  Kusapa lelaki itu  dan kuminta untuk melepaskan cengkraman tangannya pada seorang bocah kecil 10 tahun. Perlahan diapun melepaskan tangannya, dan kusuruh semua anak anak untuk pulang dan jangan mengganggu lelaki itu lagi. Tak satupun anak anak itu yang tahu bahwa lelaki itu adalah teman masa kecilku yang ahli matematika  selalu menjadi juara kelas. Namun karena nasib dan kemiskinan dia tidak bisa melanjutkan cita citanya kuliah di ITB  padahal  dia diterima menjadi mahasiswa undangan disana.

 

 

 

Saniang Baka Solok, 4 Juli 2020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nasibnya krg beruntung ya bund, kasihan

04 Jul
Balas

Ya bun..kasihan dia

04 Jul

Kasihan ya bund

04 Jul
Balas

Trimakasih sdh mampir bu.

04 Jul

Kasihan ya bunda

04 Jul
Balas

Ya bu..salam kenal

04 Jul

Aku turut sedih membaca tulisan Bunda.Air mataku menitik.Teringat masa lalu

04 Jul
Balas

Hah ya bu..nasib kurang beruntung bu..semoga ditempatkan di tempat yg layak oleh yg maha kuasa

04 Jul

Kasihan dia,Bun. Nasib baik tidak berpihak padanya, mudah mudahan sekarang dia sudah tenang di sana. Salam bun...

04 Jul
Balas

Ya bu..aamiin.salam kembali ya bu

04 Jul

Alhamdulillah...teimakasih admin

04 Jul
Balas

Ceritanya apik mengalir indah, keren bu

05 Jul
Balas

Teimakasih bu..salam literasi

05 Jul

Ceritanya apik mengalir indah, keren bu

05 Jul
Balas

Ceritanya apik mengalir indah, keren bu

05 Jul
Balas

Ceritanya apik mengalir indah, keren bu

05 Jul
Balas

Aku follow , follow balik ya

05 Jul
Balas

Ya bu..nanti di follow balik k ibu

05 Jul

Aku follow , follow balik ya

05 Jul
Balas

Kasihan bu.

04 Jul
Balas

Itulah bu..skrang ssh tiada bu

04 Jul

Miris bacanya..mg sekarang tdk ad lagi masalah seperti itu..sekarang yang tidak pandai jg dpt kuliah krn dengan adanya bantuan lwt KIP.apalagi pandai...lebih banyak jalan mencapai cita cita..suka pentigrafnya..salam sukses

04 Jul
Balas

Terimakasih bu ats apresiasina..salam literasi

04 Jul

Ibo awak lai

04 Jul
Balas

Yo buk yet

04 Jul

Pintar nya...sayang sekali...Salam k kawan epa nan pintar Sukses selalu epa

04 Jul
Balas

Tapi sekarang sdh meninggal ni eri

04 Jul

Jadi ikut sedih, tapi itulah jalan hidup nak ni...

08 Jul
Balas

Keren pentigrafnya Bu.

04 Jul
Balas

Alhamdulillah..makasih bu sdh mampir

04 Jul

Duh kasihan sekali ya bun..despresi karena tidak bisa meraih cita-cita terbentur biaya.... keren ceritanya bun

05 Jul
Balas

Kasihan Bun

04 Jul
Balas

Ya bu..Makasih sdh mampir

04 Jul

Kasihan sekali...

04 Jul
Balas

Ya bu..makasih sdh mampir

04 Jul

Banyak yang seperti itu, anak pintar namun harus terhenti sekolahnya.

04 Jul
Balas

Ya pak..ekonomi klrg yg menghukum pd zaman kita dulu..tp kalau skrg banyak kemudahan ya pak

04 Jul

Sediihh

04 Jul
Balas

Ya dek.

04 Jul



search

New Post