PERJALANAN DI TENGAH MALAM ( tagur ke 31 ) pentigraf 9
Malam semakin larut, dari dalam kamar kudengar hujan rintik rintik . Aku duduk sambil menukar kan air untuk mengompres kening anakku. Dari kemaren suhu badan putraku yang masih berusia 18 bulan hilang timbul . setelah meminum obat dari bidan suhunya belum turun juga. Dengan sigap suamiku menuangkan kembali air dari dalam termos untuk mengompres putraku , supaya airnya tetap hangat hangat kuku. Sesuai apa yang dianjurkan bu bidan kalau ngompres tidak lagi dengan air es tapi dengan air panas.
Sambil berdoa aku mengamit tangan anakku semoga ALLah memberikan kesembuhan pada putraku. Sekonyong konyong putraku membuka mata dan tertawa sendiri . Matanya menatap kelangit langit kamar. Aku dan suamiku heran , sempat terlintas di pikrannku mungkinkah putraku step. Segera ku masukkan jari jempolku ke mulutnya, agar dia cepat sadar dan tidak menggigit lidahnya. Gigit saja jempol bunda nak, dari pada kamu menggigit lidah,ujarku. Putraku lansung digendong ayahnya sementara jempolku masih didalam mulut putraku. Kami lansung membawa putraku ke rumah bu bidan yang berjarak 500 meter dari rumah kami.
Sepanjang jalan aku selalu beristigfar dan berdoa mohon kesembuhan untuk putraku. Di tengah perjalanan yang agak gelap tiba tiba suara anjing menyalak dan mengejar kearah kami. Suamiku bergegas membungkuk dan mengambil batu untuk melempar anjing itu. Sayub terdengar ditelingaku suara tuuuuut, dan ternyata suara kentut suamiku. Tidak menunggu lama didepan pintu bu bidan dengan sigap membukakan pintunya, dan lansung memberikan obat untuk putraku , asistennya juga langsung mengompres kening anakku. Setelah suami membayar biaya obat anakku kami permisi untuk kembali pulang. Didepan pintu rumah bu bidan aku tidak menemukan sandalku. ” Uda , sandal bunda mana ya?, tanyaku ke suami. Suami ikut mencari cari disekitar teras. Tiba tiba suamiku berteriak ,” oh ya, uda lihat tadi bunda lupa pakai sandal”. Astagfirullah ternyata saking cemas dan tegangnya pikiranku tadi, aku berjalan tanpa alas kaki. Suara kentut suami yang biasanya membuatku geli dan tertawa pun tak kuhiraukan.
Saniang Baka Solok, 14 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semakin mantap buk
Makasih na..rina juga semakin hebat
Semakin mantap buk
Mantap bun
Makasih man teman sudah berkunjung
Putraku pernah seperti itu Bu... Kecemasan menyebabkan kita lupa ya Bu...Semoga putra sehat selalu... Aamiin
Aamiin...makasih bun
Sedih dan lucu y bu epaa
yo yen...takana th 2002 dulu
Keren dan mantap
Keren Epa
Keren Epa
Keren Epa
Keren Epa
Keren Epa
Keren Epa
Keren Epa
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Makasih neri
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
Ira pernah Lo takah itu uni..
mantap...bu
Makasih pak
Hahaha keren bun
Makasih bun sdh berkunjung