ARUMI GADIS PENAKLUK (11)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-286
Senin, 9 November 2020
Malam semakin pekat, namun Faizir belum mampu memejamkan matanya. Dia teringat akan gadis yang baru saja diantarnya pulang. Sosok gadis cantik menawan yang mampu mencuri hatinya pada pandangan pertama. Faizir yang baru datang dari kota dua hari yang lalu, belum tahu bahwa ada seorang bidan desa yang bertugas di daerahnya. Sebagai anak kedua Mak Nyai, dia yang masih bujangan memutuskan untuk berdagang di kota dan pulang sebulan sekali untuk menengok emaknya. Sedangkan Fauzi kakaknya telah menikah dan menjadi petani di desa serta tinggal bersama Mak Nyai.
Kini pagi menyapa, seperti biasa Mak Nyai duduk di teras depan rumahnya sambil menyeruput kopi hitam yang disuguhkan Bik Inah. Kebiasaannya menyisig gigi dengan daun sirih yang dioles apu (kapur) membuat giginya berderet rapi dan kuat meski terlihat memerah bahkan ada yang sampai menghitam.
Terlihat Fauzi anak pertamanya membawa cangkul hendak bersiap menuju sawah dan kebunnya. Dia menghampiri emaknya yang sedang asyik menyisig gigi.
“Lagi apa nih, Mak ?” tanya Fauzi membuka percakapan sambil mengambil singkong rebus di piring.
“Lha, kamu lihat sendiri emakmu ini lagi apa, “ balas Mak Nyai sambil terus menyisig giginya.
“Itu si Faiz semalam habis dari mana ?” tanya Fauzi menyelidik.
“Katanya sih mengantar si Arumi, bidan desa itu pulang ke rumahnya,” ucap Mak Nyai dengan nada kesal.
“Memangnya kenapa, gak boleh nganter pulang ?” Fauzi mendelik
“Coba bujuk adikmu jangan dekat-dekat dengan gadis itu, emak gak suka. Titik,” tambah Mak Nyai semakin kesal.
“Ya sudah kalau begitu saya ke sawah dulu ya mak, nanti pulangnya saya usahakan membujuk si Faiz,” sahut Fauzi sambil berjalan meninggalkan emaknya.
Tak lama kemudian lewat di depan rumah Mak Nyai seorang ibu muda yang ditemani suaminya berjalan sedikit terhuyung.
“Heyyy, kalian mau kemana ?” teriak Mak Nyai
“Mau ke Polindes, Mak. Ini si Surti sudah mau melahirkan, “ kata suaminya.
“Sini, Mak urut dan bantu persalinannya,” kata Mak Nyai mendekati mereka.
“Kami mau ke Polindes aja Mak, “ sahut suaminya sambil berlalu.
“Dasar suami istri yang tak tahu diuntung, ditolong kok gak mau,” umpat mak Nyai sambil masuk ke dalam rumah.
Siang itu di Polindes pasien tak begitu ramai, sehingga Arumi bisa leluasa memeriksa ibu Surti yang kandungannya sudah berusia 9 bulan. Menurut perkiraan Arumi, tak lama lagi perempuan itu akan melahirkan karena sudah pembukaan lengkap. Benar saja, tak lama kemudian terdengar lengkingan bayi. Surti sangat senang ketika proses persalinannya berjalan lancar. Dua hari kemudian ia diperbolehkan pulang dengan dibekali obat vitamin dan nasihat untuk selalu menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Sang suami tersenyum puas karena sudah ditolong bu bidan dengan bayaran yang tidak terlalu mahal.
Keesokan harinya, datang seorang ibu dengan menggendong balita. Nampak anak itu rewel dan menangis terus tiada henti.
“Bu Bidan, tolong anak saya dari tadi badannya panas, “sahut si ibu panik.
“Sini bu, saya tulis dulu namanya, “ kata Arumi lalu setelah itu dengan cepat dia memeriksa anak itu.
“Ini obatnya, jangan lupa diminum 2x sehari dan berikan makanan yang bergizi ya,” ucap Arumi dengan ramah.
Hari berganti bulan berlalu, tak terasa Arumi sudah bertugas selama tujuh purnama di desa itu. Polindes Mawarsari yang dikelolanya nampak ramai dikunjungi pasien. Di satu sisi, dia merasa senang karena masyarakat mau berobat di tempat yang tepat. Namun, di sisi lain dia merasa sedih karena dengan banyaknya pasien menandakan warga desa belum bisa menjaga kesehatan. Padahal, tak jarang Arumi melakukan perjalanan dari rumah ke rumah untuk memberi penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan keluarga.
Di suatu siang yang terik, Polindes Mawarsari tempat Arumi bertugas tiba-tiba kedatangan tamu yang tak disangkanya. Arumi sedikit kaget dibuatnya karena dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangannya.
Siapakah dia ? Ikuti kelanjutannya esok hari.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makin membuat penasaran, Bunda. Kereeen cerpennya. Salam literasi
Wah, siapa yah datang. Faiz kali, hehehe. Sukses selalu
Ngebayangin Mak Nyai nyisig gigi hehe