ARUMI GADIS PENAKLUK (14)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-289
Kamis, 12 November 2020
Malam kian larut. Namun, Faizir masih terlihat resah dan gelisah di atas kasur yang kian menipis kapuknya. Balik kanan lalu ke kiri, kemudian dipeluknya guling dan ditatapnya langit-langit kamar dengan mata nanar. Dia tidak mengerti akan ucapan emaknya tadi sore ketika pulang dari rumah Arumi. Sebetulnya dia merasa tersinggung akan apa yang diucapkan oleh emaknya yang terasa sangat menusuk hati.
Di benaknya nampak wajah emak yang sudah keriput tapi masih menyisakan tenaga layaknya perempuan muda. Emak yang sudah memasuki usia 72 tahun masih terlihat perkasa. Dia mampu berjalan dengan cepat menyusuri pematang sawah. Emak juga masih menerima pasien di rumah, baik itu ibu hamil maupun warga yang sakit. Cukup diurut dan diberi ramuan rempah tradisional, pasien sudah bisa langsung pulang. Namun, dibalik wajahnya yang agak sangar, sebetulnya hati emak baik. Dia mengutip harga mahal pada pasien yang mampu, sedangkan yang miskin dikenakan tarif sukarela. Tapi yang membuat warga enggan berobat ke Mak Nyai adalah caranya mengobati disertai dengan kalimat yang kadang menyakitkan. Itulah mengapa warga malas datang ke rumah Mak Nyai.
Namun, meski sifat emaknya seperti itu, Faizir tetap menyayangi perempuan tua itu yang sudah bersusah payah melahirkannya 27 tahun silam.
Kini pagi menyapa. Faizir cepat bangun dari tidurnya, meski semalam dia sulit untuk memejamkan mata. Diguyurnya wajah tampan itu hingga dia merasa lebih segar. Setelah itu, Faizir hendak berjalan-jalan sejenak melihat sawah yang terhampar luas dengan padi yang mulai menguning. Sesekali diayunkan tangan kekar miliknya untuk sekedar mengusir burung-burung yang hinggap di padi. Tak lama kemudian, dia duduk di bale-bale tempat petani beristirahat. Sambil memandang indahnya bulir padi, dia membayangkan andai Arumi saat ini bersamanya berjalan menyusuri pematang sawah sambil berpegangan tangan, ahhh betapa indahnya. Tak terasa dia tersenyum sendiri.
“Hai, lagi melamun ya ?” tanya seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya.
Faizir yang saat itu sedang asyik memandangi bulir padi, tersentak kaget.
“Aehhh, Kang Ujang. Ya nih, ikut numpang duduk, “ sahut Faizir sambil tersenyum.
“Kapan datang nih dari Bandung ?” tanya Kang Ujang.
“Oh, sudah tiga hari yang lalu, gimana nih Kang panennya sukses ? “ tanya Faizir.
“Ya, begitulah hanya cukup untuk makan anak istri,” balasnya.
“Rasanya sudah lama ya kita gak ketemu, sejak dari zaman SMP dulu.” Faizir mulai mengenang masa lalu.
Kang Ujang adalah sahabatnya dulu waktu SMP. Dia berhenti sekolah dan memilih jadi petani karena orang tuanya tak mampu. Sementara Faizir melanjutkan sekolah di Bandung ikut dengan pamannya, sampai sekarang meneruskan usaha pamannya berjualan kain di Pasar Baru.
“Saya perhatikan dari tadi sepertinya kamu sedang melamun ?” tanya Kang Ujang.
“Ahhh…enggak biasa aja, “ Faizir mengelak
“Jangan bohong, pasti ada sesuatu yang disembunyikan ya, “ desaknya.
“Emmhh, gimana ya . Faizir mulai grogi.
“Akang suka pergi ke Polindes ?” tanya Faizir menyelidik
“Ya, sesekali jika si kecil sakit, kenapa ? “ tanyanya
“Ah…gak apa-apa, “Faizir menunduk malu.
“Saya tahu, pasti kamu suka kan dengan bidan cantik itu ?” Kang Ujang tersenyum
“Ah….Kang Ujang nih bisa aja,” Faizir tetap mengelak.
“Ya udah, besok Akang mau main ah ke Polindes. Mau menyampaikan salam dari perjaka ting-ting asli Cidaun, “ canda Kang Ujang sambil tertawa.
Mendengar hal itu, hati Faizir makin tak karuan. Dia takut Arumi menolaknya.
Setelah puas berada di sawah dan matahari semakin meninggi, kini dua sahabat karib itu berjalan beriringan di pematang sawah. Mereka terus bercakap sambil sesekali terdengar tawa yang cukup keras. Lalu mereka berpisah di perempatan jalan untuk menuju ke rumahnya masing-masing.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga jodohnya yg terbaik