Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
ARUMI GADIS PENAKLUK (19)

ARUMI GADIS PENAKLUK (19)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-294

Selasa, 17 November 2020

Arumi sempat kaget melihat sosok pria yang ada di hadapannya dengan baju hitam dan ikat kepala khas Sunda. Ditatanya hati yang sempat bergejolak karena suara menggelegar itu. “Hai bidan kampung, jangan sekali-kali berani mendekati anak Mak Nyai. Kalau tidak, rasakan akibatnya, “ serunya sambil matanya melotot.

“Hai lelaki tua tak tahu diri, berani-beraninya kau membentakku, “ ucap Arumi tak kalah sengit. “Apa urusanmu denganku ?” lanjutnya.

Belum selesai Arumi berkata, lelaki itu pergi begitu saja meninggalkan Arumi yang menahan gejolak napas tersengal. Dia merasa harga dirinya terinjak karena dituduh mendekati Faiz, anak Mak Nyai. Padahal, hatinya sama sekali tak menyimpan rasa untuk pemuda desa itu. Meski sudah berkali-kali Faiz datang menghampirinya untuk menyatakan gelora rasa, namun hati Arumi belum mau tertambat padanya.

Arumi mulai berpikir, siapa lelaki itu yang telah berteriak menuduhnya begitu lancang dan berani mengancamnya. Dalam kalut, Arumi tertunduk. Segera dibereskannya peralatan medis yang tadi digunakannya untuk mengobati pasien. Baru saja kakinya melangkah hendak mengunci pintu Polindes, didengarnya bunyi klakson motor berplat merah. “Oh, motor dinas Puskesmas, “desisnya. Arumi memandang ke depan siapakah gerangan yang datang.

“Selamat siang, “ sapanya ramah.

“Oh ya, selamat siang, dokter Alfian, “ sahut Arumi tersipu malu.

“Sedang apa nih ?” lanjut dokter mud aitu.

“Emhh…biasa, ini lagi membereskan peralatan medis yang tadi dipakai,” kata Arumi dengan hati berbunga. “Emhhh….silakan masuk dok, “ lanjutnya.

Dokter itu masuk kemudian dia mengamati keadaan Polindes, lalu berkata “ sudah berapa lama kamu tugas di sini ?”

Emhh…kira-kira 10 bulan, dok. Oh ya, sebentar saya ambilkan minum dulu,” lanjutnya.

“Gak usah repot-repot, saya hanya sebentar. Ini mau mengantarkan surat undangan pernikahan saya, sekaligus memberitahumu bahwa minggu depan saya sudah dialihtugaskan ke Palembang.” Dokter Alfian menjelaskan kedatangannya.

Dengan tangan gemetar, Arumi menerima surat undangan berwarna hijau muda. Hatinya hancur luluh berkeping-keping. Ternyata pria yang selama ini mengisi di relung hatinya sudah ada yang punya. Dia menyesal telah berpikir terlalu jauh mengharapkan cinta sang dokter muda.

“Hei, melamun ya. Kalau begitu saya permisi pulang, selamat bertugas Bu Bidan, “ sahutnya sambil tersenyum simpul.

Senyum yang membuat hatinya semakin terluka, senyum yang selama ini dirindunya ternyata sudah ada yang punya. Arumi hanya bisa menatap dengan pandangan kosong ketika dokter Alfian berpamitan.

Dengan langkah gontai, dia mengunci pintu Polindes untuk segera pulang ke rumah dinasnya. Rasanya sudah tak tahan, ingin dia tumpahkan segala keluh kesah hatinya di rumah mungil itu.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, kisah cinta terpendam, keren Bun, ditunggu kisah selanjutnya, sukses selalu, salam.

17 Nov
Balas

ahh ikutan patah hati rasanya...

18 Nov
Balas

patah hati itu sakit

21 Nov
Balas



search

New Post