ARUMI GADIS PENAKLUK (22)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-297
Jumat , 20 November 2020
Rina sengaja datang ke rumah Mak Nyai dengan dandanan menor dan baju yang seksi. Dia berharap Faizir yang kebetulan sedang ada di rumah menjadi jatuh cinta padanya. Mengetahui kedatangan Rina, Mak Nyai segera membawa gadis itu menuju belakang rumahnya. Dia mengajak ngobrol yang ujungnya mereka merencanakan untuk memisahkan Faizir dengan Arumi sebagai sepasang kekasih. Mak Nyai sangat berharap Faizir mau menerima Rina sebagai calon istrinya.
“Si Arumi itu egois sekali ya Mak, masa dia mau menerima Kang Faiz jadi kekasihnya, padahal harusnya dia tahu kalau Kang Faiz itu sudah punya calon istri, “ kata Rina.
“Ya, makanya cepat tuh kamu ambil sebelum jatuh ke pelukan si bidan desa itu, “ ucap Mak Nyai tersenyum.
“Tapi bagaimana caranya ?” sahut Rina sambil mengerutkan dahinya
Tiba-tiba Mak Nyai mendekatkan wajahnya ke telinga Rina. Dia membisikkan sesuatu. Mendengar hal itu Rina mengangguk, dia paham dengan maksud Mak Nyai. Tak lama kemudian Rina berpamitan untuk pulang.
Hari demi hari Rina mengamati gerak-gerik Faizir jika ke luar rumah. Dia selalu membuntutinya dan memperhatikan pria idamannya itu dari kejauhan. Saat yang dinantipun tiba. Rina berpikir inilah saat yang tepat untuk memberi pelajaran pada Arumi yang telah dianggapnya merebut Faizir dari dirinya.
Sore itu Faizir mengajak Arumi jalan-jalan ke sebuah sungai kecil yang tak jauh dari sawah dan kebun miliknya. Dia ingin menikmati semilir angin sambil berjalan di pematang sawah dan gemericik dari mata air sungai yang mengalir. Tiba di tepi sungai, mereka bercengkrama saling menyipratkan air. Setelah merasa capek, Arumi duduk di sebuah batu besar di antara aliran sungai.
“Kang Faiz, saya haus. Tolong ambilkan air minum yang ada di tas ya ? “ ucap Arumi.
“Ya, dengan senang hati akan Akang lakukan setiap perintah paduka ratu,” ucap Faiz sambil mengedipkan sebelah matanya.
Faizir akhirnya pergi meninggalkan Arumi untuk mengambil botol air yang disimpannya agak jauh dari tepi sungai. Sedangkan Arumi duduk menunggu di atas batu yang cukup besar di tengah sungai itu. Tiba-tiba ada seseorang yang mendorong Arumi dari belakang hingga dia jatuh tengkurap dan tercebur.
“Aww sakit, tolongggg, “ Arumi menjerit.
“Oh itu suara Arumi, “ Faizir bergegas menghampiri.
“Arumi, kamu kenapa kok bisa jatuh ?” Kata Faiz panik
“Saya gak tahu Kang, tapi tadi saya merasa ada seseorang yang mendorong saya sampai jatuh pas tadi lagi duduk, “ jawab Arumi sambil memegang keningnya yang ternyata berdarah.
Faizir menggeram dan langsung mengajak Arumi pulang. Setelah mengantarkan kekasih hatinya, Faizir bergegas menuju rumahnya. Dengan napas tersengal, Faizir menghampiri Mak Nyai yang sedang duduk di teras.
“Mak, tadi ada seseorang yang hendak melukai Arumi ketika kami sedang bermain di sungai. Kira-kira Mak tahu tidak siapa orangnya ? “ tanya Faizir tegas.
“Ya tidak tahu lah, Mak kan dari tadi di rumah, “ balas Mak Nyai dengan muka cemberut.
“Mak, Arumi didorong sampai terjerembab ke air sungai dan pelipisnya berdarah,” jelas Faizir.
“Mana saya tahu, “ jawab Mak Nyai enteng.
“Pokoknya saya akan cari tahu, siapa pelakunya. Dan awas kalau ketahuan, akan saya kasih pelajaran,” ucap Faizir geram.
Keesokan harinya Rina berkunjung ke rumah Mak Nyai. Dia melaporkan akan apa yang telah direncanakan dan dilakukannya pada Arumi. Saat itu Faizir hendak ke belakang rumahnya, dia berhenti sejenak manakala mendengar perbincangan keduanya. Setelah dirasa cukup, Faizir segera menampakkan diri. Ternyata pelakunya adalah Rina, sedangkan emaknya adalah penasihatnya. Mak Nyai rela menyuruh Rina untuk menyakiti Arumi demi dendamnya yang belum terbalaskan.
Faizir sangat kecewa dengan sikap emaknya itu. Ternyata dia belum mau menerima Arumi sebagai calon menantunya.
“Oh, ternyata kalian ya pelakunya. Saya sama sekali tidak menyangka,” ucap Faizir yang tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya setelah nguping obrolan mereka.
Mendengar hal itu, Mak Nyai dan Rina kaget. Mereka tidak menyangka Faizir mendengarkan obrolan yang dari tadi dipenuhi rasa puas karena telah melukai Arumi.
“Rina, cepat pulang,” bentak Faizir.
Mendengar hal itu, Rina sangat ketakutan. Dia segera pergi meninggalkan rumah itu. Sementara Mak Nyai hanya bisa diam. Faizir sangat kecewa dengan sikap emaknya yang tetap membenci Arumi. Dia ingin emaknya itu menerima kenyataan dan menyadari kekeliruannya selama ini. Tapi bagaimana caranya ?
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Pak Dede yg selalu setia berkunjung
Keren pisan,,, sukses selalu
Makin menarik ceritanya Mrs
Mksh bu hj, msh tahap belajar